SOLOPOS.COM - Lukisan sosok Ratu Kalinyamat (Istimewa/Facebook Fakta Sejarah)

Solopos.com, JAKARTA —  Setelah sekali gagal, Pemerintah Kabupaten Jepara akhirnya berhasil menjadikan pejuang antikolonialisme Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional.

Presiden Joko Widodo menyetujui penguasa Jepara dari tahun 1549-1579 itu sebagai pahlawan nasional bersama lima tokoh lainnya.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Sebelumnya, Pemkab Jepara pernah mengusulkan nama Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional pada tahun 2007 silam namun tidak disetujui pemerintah pusat.

Siapakah Ratu Kalinyamat? Berikut tulisan Solopos.com yang dikutip dari berbagai sumber, Rabu (8/11/2023).

Ratu Kalinyamat yang meninggal tahun 1579 adalah puteri Raja Demak, Trenggana (1521-1546) yang menjadi bupati di Jepara.

Di masa kepemimpinannya Ratu Kalinyamat gigih berjuang melawan penjajah Portugis.

Ratu Kalinyamat yang bernama kecil Retna Kencana.  Pada usia remaja Retna Kencana dinikahkan dengan Pangeran Kalinyamat yang berasal dari luar Jawa.

Terdapat berbagai versi tentang asal-usul Pangeran Kalinyamat.

Masyarakat Jepara menyebut nama aslinya adalah Win-tang, seorang saudagar Tiongkok yang mengalami kecelakaan di laut.

Ia terdampar di Pantai Jepara, dan kemudian berguru pada Sunan Kudus.

Versi lain mengatakan, Win-tang berasal dari Aceh. Nama aslinya adalah Pangeran Toyib, putera Sultan Mughayat Syah raja Aceh (1514-1528).

Toyib berkelana ke Tiongkok dan menjadi anak angkat seorang menteri bernama Tjie Hwio Gwan.

Nama Win-tang adalah ejaan Jawa untuk Tjie Bin Thang, yaitu nama baru Toyib.

Win-tang dan ayah angkatnya kemudian pindah ke Jawa.

Di sana Win-tang mendirikan Desa Kalinyamat yang saat ini berada di wilayah Kecamatan Kalinyamatan, sehingga ia pun dikenal dengan nama Pangeran Kalinyamat.

Setelah menikahi Retna Kencana, Pangeran Kalinyamat menjadi anggota keluarga Kerajaan Demak dan memperoleh gelar Pangeran Hadiri.

Pangeran Kalinyamat dan istrinya memerintah bersama di Jepara.

Tjie Hwio Gwan, sang ayah angkat, dijadikan patih bergelar Sungging Badar Duwung, yang juga mengajarkan seni ukir pada penduduk Jepara.

Pada tahun 1549 Sunan Prawata, kakak Ratu Kalinyamat dibunuh utusan Arya Penangsang, sepupunya yang menjadi Adipati Jipang.

Ratu Kalinyamat menemukan keris Kyai Betok milik Sunan Kudus menancap pada mayat kakaknya itu.

Maka, Pangeran dan Ratu Kalinyamat pun berangkat ke Kudus minta penjelasan.

Sunan Kudus adalah pendukung Arya Penangsang dalam konflik perebutan takhta sepeninggal raja Trenggana (1546).

Ratu Kalinyamat datang menuntut keadilan atas kematian kakaknya.

Sunan Kudus menjelaskan semasa muda Sunan Prawata pernah membunuh Pangeran Surowiyoto alias Sekar Seda Lepen (ayah Arya Penangsang), jadi wajar kalau mendapat balasan setimpal.

Ratu Kalinyamat kecewa atas sikap Sunan Kudus. Ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara.

Di tengah jalan, mereka dikeroyok anak buah Arya Penangsang. Pangeran Kalinyamat meninggal.

Ratu Kalinyamat berhasil meloloskan diri dari peristiwa pembunuhan itu.

Setelah kematian Arya Penangsang tahun 1549, wilayah Demak, Jepara, dan Jipang menjadi bawahan Pajang yang dipimpin Raja Hadiwijaya.

Meskipun demikian, Hadiwijaya tetap memperlakukan Ratu Kalinyamat sebagai tokoh senior yang dihormati.

Ratu Kalinyamat sebagaimana Bupati Jepara sebelumnya, Pati Unus, bersikap anti terhadap Portugis.

Pada tahun 1550 ia mengirim 4.000 tentara Jepara dalam 40 buah kapal memenuhi permintaan Sultan Johor untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan bangsa Eropa itu.

Pasukan Jepara kemudian bergabung dengan pasukan Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang.

Pasukan gabungan tersebut menyerang dari utara dan berhasil merebut sebagian Malaka.



Namun Portugis berhasil membalasnya. Pasukan Persekutuan Melayu dapat dipukul mundur, sementara pasukan Jepara masih bertahan.

Baru setelah pemimpinnya gugur, pasukan Jepara ditarik mundur. Pertempuran selanjutnya masih terjadi di pantai dan laut yang menewaskan 2.000 prajurit Jepara.

Pada tahun 1565 Ratu Kalinyamat memenuhi permintaan orang-orang Hitu di Ambon untuk menghadapi gangguan bangsa Portugis dan kaum Hative.

Pada tahun 1573, Sultan Aceh meminta bantuan Ratu Kalinyamat untuk menyerang Malaka kembali.

Ratu mengirimkan 300 kapal berisi 15.000 prajurit Jepara. Pasukan yang dipimpin Ki Demang Laksamana itu baru tiba di Malaka bulan Oktober 1574.

Padahal saat itu pasukan Aceh sudah dipukul mundur oleh Portugis.

Pasukan Jepara yang terlambat datang mendarat dan membangun pertahanan. Tapi akhirnya, pertahanan itu dapat ditembus pihak Portugis. Sebanyak 30 buah kapal Jepara terbakar.

Pihak Jepara mulai terdesak, tetapi tetap menolak perundingan damai karena terlalu menguntungkan Portugis.

Sementara itu, sebanyak enam kapal perbekalan yang dikirim Ratu Kalinyamat direbut Portugis.



Pihak Jepara semakin lemah dan memutuskan pulang. Dari jumlah awal yang dikirim Ratu Kalinyamat, hanya sekitar sepertiga saja yang tiba di Jawa.

Meskipun dua kali mengalami kekalahan tetapi Ratu Kalinyamat telah menunjukkan bahwa dirinya seorang wanita yang gagah berani.

Bahkan Portugis menjulukinya Rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige dame, yang berarti “Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani”.

Ratu Kalinyamat tidak memiliki anak.

Pahlawan yang gagah berani itu meninggal dunia sekitar tahun 1579.

Ia dimakamkan di dekat makam Pangeran Kalinyamat di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara.

Semasa hidupnya, Ratu Kalinyamat membesarkan tiga orang pemuda.

Yang pertama adalah adiknya, Pangeran Timur Rangga Jumena yang kemudian menjadi Bupati Madiun.

Kedua adalah keponakannya, Arya Pangiri, yang kemudian menjadi Bupati Demak.



Sedangkan yang ketiga adalah sepupunya, Pangeran Arya Jepara.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya