SOLOPOS.COM - Halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Jumat, 10 April 2015

Solopos hari ini memberitakan kabar-kabar terkini di Soloraya.

Solopos.com, SOLO – Kalangan pedagang Pasar Grogol menganggap los di lokasi darurat berukuran 2 meter x 2 meter kurang memadai untuk menampung dagangan mereka. Pedagang bumbu dapur, Ny. Slamet Sawiji, mengaku baru mengetahui ukuran los pasar darurat.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Kabar ini menjadi headline halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini, Jumat (10/4/2015). Kabar lain, Pedagang pupuk yang tak mengantongi izin diduga menjual pupuk bersubsidi. Informasi yang dihimpun Espos dari para petani, salah satu pedagang yang menjual pupuk bersubsidi tersebut berada di wilayah Kecamatan Cawas. Pedagang tersebut berjualan di kios yang ada di kawasan Pasar Cawas.

Selain itu ada pula laporan dari peringatan Hatedu hingga seratus pedagang bermobil dari luar kota memadati area parkir wisata Keraton Solo lantaran tidak diizinkan masuk Alun-alun Utara (Alut) Keraton.

Simak rangkuman berita utama halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini, Jumat, 10 April 2015, berikut;

DISTRIBUSI PUPUK BERSUBSIDI: Pengecer Tak Resmi Diduga Ikut Menjual

Pedagang pupuk yang tak mengantongi izin diduga menjual pupuk bersubsidi. Informasi yang dihimpun Espos dari para petani, salah satu pedagang yang menjual pupuk bersubsidi tersebut berada di wilayah Kecamatan Cawas. Pedagang tersebut berjualan di kios yang ada di kawasan Pasar Cawas.

Salah satu pegawai kios tersebut mengatakan pupuk bersubsidi jenis urea dijual seharga Rp120.000/sak. Satu sak berisi 50 kilogram (kg) pupuk. Padahal, harga eceran tertinggi (HET) urea bersubsidi semestinya Rp90.000-95.000/sak.

”Jika mau murah ya belinya langsung ke kelompok tani saja. Kalau mau beli nanti sama Bapaknya [pemiliknya]. Biasanya barang ada. Apa mau ditunggu dulu?” tutur penjaga kios milik Widodo kepada Espos yang saat itu mengaku sebagai petani.

Tak berapa lama, seorang pria mengendarai sepeda motor membawa tumpukan pupuk dengan label bersubsidi. Dia lantas kembali menawarkan pupuk urea dengan harga tetap yakni Rp120.000/sak.

Saat dimintai konfi rmasi, pemilik toko, Widodo, mengaku hanya menjual pupuk nonsubsidi. “Ya hanya pupuk Enpiro, Tiga Bintang, dan SP36,” ungkap pria yang sibuk mondar-mandir sambil sesekali mengubah volume radionya.

Ia mengatakan pupuk bermerk Enpiro ia jual Rp35.000/25 kg, pupuk Tiga Bintang ia jual dengan harga Rp105.000/50 kg. Ketika Espos ingin menanyakan harga pupuk lain yang dijual, Widodo bergegas menggunakan helm dan pergi.

PASAR GROGOL: Pedagang Anggap Los Pasar Darurat Tak Memadai

Kalangan pedagang Pasar Grogol menganggap los di lokasi darurat berukuran 2 meter x 2 meter kurang memadai untuk menampung dagangan mereka. Pedagang bumbu dapur, Ny. Slamet Sawiji, mengaku baru mengetahui ukuran los pasar darurat. Dia mengaku kaget ketika mengetahui los pasar darurat yang kini masih dibangun hanya seluas 4 meter persegi. Menurut dia, los miliknya saat ini yang berukuran 2 meter x 4 meter sudah terlalu sempit untuk menaruh dan menyimpan barang dagangan.

(Baca Juga: Pedagang Pasar Grogol Keluhkan Sempitnya Pasar Darurat, Pasar Darurat Grogol dan Telukan Dibangun, Pedagang Siap Pindah)

PENATAAN KAWASAN: Ratusan Pedagang Bermobil Luar Kota Padati Area Parkir

Seratus pedagang bermobil dari luar kota memadati area parkir wisata Keraton Solo lantaran tidak diizinkan masuk Alun-alun Utara (Alut) Keraton. Pedagang asal Pekalongan, Kudus, dan Jepara itu memarkir mobil dan membuka lapak di areal khusus wisata tersebut. Pedagang asal Pekalongan, Jati Joyo, 35, memarkir mobilnya di area parkir wisata setelah dilarang petugas parkir Alut.

Kedatangannya di Alut sejak pukul 05.00 WIB sia-sia karena dia tak boleh masuk. “Sekarang pedagang yang boleh [masuk] hanya pedagang Pasar Klewer. Kami dari Pekalongan tak punya tempat,” kata dia saat ditemui Espos di Alut, Kamis (9/4).

Karena tak ada tempat, Jati menghentikan mobilnya di area parkir wisata. Dia membayar Rp10.000 untuk sekali parkir di tempat itu. “Daripada tidak ada tempat, saya pilih di sini,” ucapnya. Jati sudah dua kali membuka dagangannya di parkir wisata yaitu hari Senin (6/4) dan Kamis.

Menurut Jati, mayoritas pedagang yang memarkir kendaraannya di area parkir wisata adalah pedagang asal Pekalongan. Jumlahnya mencapai 100 hingga 200 pedagang. Sisanya, pedagang lain dari Kudus dan Jepara. “Rata-rata kami adalah pedagang penyuplai barang ke pedagang Pasar Klewer,” tuturnya.

(Baca Juga: Sterilisasi Alut Terhambat Kios Dewan Adat, Pasar Darurat Dibangun Senin Depan, Ribuan PNS Dikerahkan ke Alut, Pemkot-Keraton Belum Sepakati Soal Alut)

PERINGATAN HATEDU: Instalasi Dokumentasi Ajang Unjuk Potensi Diri

Sosok manekin tanpa tangan dan kaki tersaji di sebuah instalasi pameran di Kompleks Wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah atau biasa disebut TBS, Kamis (9/4) sore.

Manekin yang dibalut sulur-sulur pohon beringin tersebut dibuat oleh kelompok Teater Cekal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Slamet Riyadi (Unisri), Solo.



Sulur-sulur pohon beringin didesain menggantikan bentuk tangan dan kaki manekin berwajah laki-laki tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya