SOLOPOS.COM - Koran Solopos edisi Rabu (21/2/2024).

Solopos.com, SEMARANG–Prediksi bahwa puncak panen raya padi di sejumlah wilayah di Jawa Tengah (Jateng) terjadi bertepatan dengan Ramadan dan Lebaran atau Maret dan April mendatang diangkat menjadi headline Harian Umum Solopos edisi hari ini, Rabu (21/2/2024).

Diberitakan Solopos hari ini, panen raya diharapkan menjadi pencegah melonjaknya inflasi serta menjawab kekhawatiran kondisi stok pangan di masyarakat saat hari-hari besar keagamaan. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah, Supriyanto, mengatakan sejumlah daerah sudah mulai panen sejak Februari ini.

Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya

Proyeksi sementara lahan panen yang tercatat mencapai 113.700-an hektare (ha) dengan rata-rata panen 5,2 ton/ha. “Di bulan Maret yang dua digit itu mulai Boyolali itu ada 11.000-an hektare, Wonogiri 17.000 hektare, Sragen 23.000 hektare, Grobogan 34.000 hektare, Pati 13.000 hektare, Demak 13.000 hektare,” kata Supriyanto saat dijumpai Espos, Selasa (20/2/2024)..

“Terus di luar Karanganyar kalau yang lain satu digit. Kalau Februari totalnya kan 113.700-an [hektare]. Tapi kalau di Maret nanti panen 218.000 ha. Nah di bulan April lebih gede lagi 262.752 ha, artinya panen raya ada di sekitar itu,” tambahnya.

Seusai panen raya, Supriyanto mem­­prakirakan produksi padi akan menurun pada Juni dan seterusnya. Namun, masuk November diprediksi ada peningkatan produksi kembali. “Ya, Juni-Juli terus defisit. Biasanya sampai di bulan Oktober memang. Tapi prediksi kami di bulan November sudah mulai positif. Kemarin kan pengaruh El Nino melemah. Konsekuensinya Februari ini puncak hujan banjir, se­moga sudah oke ke arah normal,” harapnya.

Zonasi Picu Kesenjangan Kemampuan Siswa

SOLO—Masyarakat Peduli Pendidikan Kota Solo (MPPS) menilai pelaksanaan Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem zonasi masih menyisakan masalah yakni gap atau kesenjangan dalam hal kemampuan antarsiswa.

Pegiat Masyarakat Peduli Pendidikan Surakarta (MPPS), Pardoyo, menje­las­­kan sebelum PPDB sistem zonasi di­berlakukan, kesenjangan yang terjadi adalah antarsekolah yaitu terkait status unggulan atau favorit dengan yang bukan. Namun sejak adanya sistem zonasi, me­nurutnya fenomena yang terjadi bukan lagi kesenjangan antarsekolah melainkan antarsiswa.

Dia menjelaskan ada siswa yang bisa mengikuti pembelajaran baik. Sebaliknya, ada pula yang mendapat kendala mengikuti pembelajaran. Menurutnya siswa yang tertinggal biasanya tidak mendapat du­kungan orang tua. “Celakanya, guru atau sekolah, termasuk dinas, masih abai dengan fenomena ini. Bukan mem­berikan materi tambahan agar siswa yang mengalami ketertinggalan itu bi­sa tetap mengikuti KBM melainkan mem­biarkannya,” kata dia kepada Espos, Selasa (20/2/2024).

Butuh Inovasi agar Teh Sepopuler Kopi

JAKARTA—Dengan produksi teh nasional yang mencapai 136.800 ton pada 2022 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), perlu inovasi supaya olahan teh bisa menjadi sepopuler kopi. Sementara itu, berbeda dengan produk teh komersial yang didominasi produk industri besar dan perkebunan, teh artisan cocok dikembangkan industri kecil dan menengah.

Mengutip laman indonesia.go.id, Senin (19/2/2024), selain minum kopi, minum teh sejatinya merupakan pilihan menarik di saat bersantai. Terlebih pengalaman pandemi Covid-19 yang berlangsung sekitar tiga tahun (2020-2023) telah mendorong masyarakat semakin sadar pentingnya hidup sehat, termasuk dengan mengonsumsi minuman yang mengandung bahan-bahan alami.

Salah satu pilihan sajian sehat berbahan alami adalah teh. Tradisi minum teh, kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita, kembali merebak. Sayangnya, popularitas teh di Indonesia saat ini belum sepopuler kopi, terutama di kalangan generasi muda. “Untuk itu perlu inovasi dengan racikan yang baru untuk tetap menjaga eksistensi teh,” kata Reni.

Puan Tak Tergeser, PDIP Tergerus di Soloraya

SOLO—Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih berjaya di dua daerah pemilihan (dapil) kandang banteng, yaitu Jawa Tengah IV dan Jawa Tengah V. Namun, perolehan kursi partai berlambang moncong putih itu di DPR berpotensi turun seiring kekalahan Ganjar Pranowo-Mahfud Md.

Berdasarkan angka sementara real count Pemilu 2024 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang ditampilkan pada laman pemilu2024.kpu.go.id, Selasa (20/2/2024) pukul 11.00 WIB dan pukul 13.00 WIB, PDIP masih yang teratas dalam perolehan jumlah suara. Meski demikian, perolehan suara sementara PDIP di kedua dapil tersebut lebih rendah daripada hasil Pemilu 2019.

Dapil Dapil Jawa Tengah IV terdiri atas Sragen, Karanganyar, dan Wonogiri. Sedangkan Dapil Jawa Tengah V terdiri atas Solo, Sukoharjo, Boyolali, dan Klaten. Di Dapil Jawa Tengah V, PDIP meraih suara sebesar 587.597 atau 33,8% alias sepertiga. Di bawahnya ada Partai Golkar dengan 232.230 atau 13,37%. Partai Gerindra menempel ketat dengan 222.991 suara atau 12,84%.

Simak berita di Koran Solopos edisi hari ini, Rabu (21/2/2024), lewat gawai Anda dengan mengakses koran.solopos.com. Untuk memulai berlangganan silakan daftar ke Solopos ID dengan harga mulai Rp9.999. Berlangganan Solopos ID, Anda bisa mengakses berita Koran Solopos lewat gadget, membaca konten khas Solopos.com yaitu Espos Plus, serta menikmati semua berita di Solopos.com tanpa gangguan iklan.

Bila ada pertanyaan atau kendala mengenai Solopos ID, Anda bisa mengakses Pusat Bantuan atau menghubungi WhatsApp pusat layanan pelanggan SoloposID di 081548554656.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya