SOLOPOS.COM - Koran Solopos Hari Ini edisi Jumat (2/10/2020) mengupas tentang penjaga tradisi. (Tim Solopos)

Solopos.com, SOLO--Memperingati Hari Batik Nasional, Koran Solopos Hari Ini edisi Jumat (2/10/2020) mengupas tentang penjaga tradisi.

Animo masyarakat untuk membeli batik relatif tinggi. Bazaar tersebut akan dibuka selama empat hari, mulai Kamis-Minggu (1-4/10/2020).

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

Fenomena bazaar tersebut menjadi solusi alternatif untuk membangkitkan ekonomi di Kampung Batik di wilayah Masaran dan Plupuh yang terdampak wabah Covid-19.

September Deflasi 0,05 Persen Dipicu Daging Ayam Dan Telur

“Solusi untuk membangkitkan pengusaha batik dan pekerjanya yang terdampak Covid-19 itu hanya dengan membuka akses perdagangan batik itu sendiri. Selama ini batik dari Kliwonan ini lari ke pasar Solo, Surabaya, Jakarta, Bandung, dan sekitarnya. Selama akses perdagangan ke lokasi-lokasi itu dibuka maka dengan sendirinya pengusaha batik di Kliwonan bisa tumbuh lagi,” jelas Kepala Desa Kliwonan, Masaran, Aswanda, saat berbincang dengan Espos, Kamis siang.

Selengkapnya baca E-paper Solopos.

Bisnis Batik Bertahan di Tengah Tradisi

Tepat 11 tahun sudah batik diakui United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan dunia milik Indonesia pada 2009 sekaligus diperingati sebagai Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2020. Batik kini bukan sekadar budaya, tetapi telah menjelma menjadi komoditas bisnis berkelas dunia.

Selama lebih dari satu dekade eksistensi batik terus diuji. Boleh dibilang saat ini animo masyarakat terhadap produk batik masih tinggi sehingga ini menjadi peluang bagi industri batik. Kesadaran bagi para perancang muda untuk mengenalkan batik menjadi fesyen yang disukai anak muda juga meningkat.

Perajin Batik Jarum Klaten Ini Pilih Jual Mobil Ketimbang Berutang Agar Produksi Tetap Berjalan

Namun demikian, ancaman bagi industri batik juga tak main-main. Di tingkat internasional persaingan dalam hal harga dan hak paten. Misalnya, regulasi yang tak ketat membuat produk China menyerbu pasar batik Indonesia.

Harga murah serta corak kain yang menyerupai batik pun jadi daya pikat produk China tersebut. Pelaku usaha batik di Indonesia dituntut untuk mempunyai ciri khas dari batiknya, sehingga sulit untuk ditiru dan segera mempatenkan setiap desain corak yang telah dihasilkan para pengrajin batik. Tantangan terbaru adalah bagaimana industri batik Tanah Air tetap eksis di tengah wabah pandemi Covid-19.

Selengkapnya baca E-paper Solopos.

Kolam Segaran Sriwedari yang Tinggal Kenangan

Sebuah perahu besi tampak hampir karam di Kolam Segaran Sriwedari, Kamis (1/10/2020) siang. Perahu yang konon tak sepi penumpang pada era 1970an itu hanya menyisakan puing. Tak tampak sisa usaha perbaikan atau diangkat dari dasar kolam. Air berwarna hijau tua membanjiri tiga perempat bagian kapal.

Tak jauh dari situ, joglo hampir roboh berdiri di tengah dua pohon besar. Aroma lapuk dan ngengat kayu tajam menguar. Di pinggir kolam, beberapa orang tampak asyik mengail.

Kepala DKK Sragen Masuk Daftar Penerima BPUM Rp2,4 Juta, Kok Bisa?

“Saya dan sejumlah teman lain yang menebar benih di kolam ini. Ya, kalau sudah besar bisa dipancing sebagai hiburan. Jenisnya macam-macam, ada tombro, nila, lele, bawal, dan sebagainya,” ucap salah seorang pemancing, Arif, kepada Espos, Kamis.

Warga Kartopuran, Kelurahan Jayengan, Serengan itu hampir setiap hari singgah ke lokasi itu. “Kadang dapat, kadang enggak. Saya sudah main ke sini sejak 1970an saat belum dikelola restoran pada 1980an,” jelasnya.

Selengkapnya baca E-paper Solopos.

Klaster Keluarga Tak Bisa Dicegah, Kasus Tinggi

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Solo mencatat penambahan kasus yang stabil tinggi selama dua pekan terakhir. Mayoritas tambahan disumbang dari klaster keluarga pasien suspek yang naik kelas jadi kasus konfirmasi. Ketua Pelaksana Satgas Penanganan Covid-19 Solo, Ahyani, mengatakan setidaknya satu kasus memiliki 2-3 ekor. Sehingga, satu klaster keluarga menyumbang 4-6 kasus baru.

Pada Kamis (1/10/2020), terdapat tambahan 13 kasus baru, dengan perincian 4 disumbang dari warga yang menjalani uji swab mandiri dan 9 sisanya dari tracing kontak 4 induk kasus.

“Klaster keluarga di Kelurahan Gilingan tambah 2 orang, di Karangasem tambah 3 orang, tapi yang satu domisili di Gilingan. Kemudian tambahan masing-masing 2 orang dari Panularan dan Joglo. Nah, klaster keluarga di Joglo ini totalnya 5 orang,” terangnya, saat dihubungi Espos, Kamis sore.

Selengkapnya baca E-paper Solopos.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya