SOLOPOS.COM - Koran Solopos edisi Sabtu-Minggu (15-16/7/2023)

Solopos.com, SOLO–Harian Umum Solopos edisi akhir pekan, Sabtu-Minggu (15-16/7/2023) yang terbit hari ini mengulas tentang Kadipaten Mangkunegaran yang pernah mencapai masa jaya dengan aneka terobosan pengelolaan bisnis dan aset.

Diberitakan Solopos hari ini, setelah masa itu surut dengan hilangnya status daerah istimewa, naiknya adipati baru yaitu Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (K.G.P.A.A.) Mangkunagoro X dinilai membuka kesempatan bangkit kembalinya Mangkunegaran.

Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya

Hal ini diungkapkan dosen hubungan internasional Universitas Bina Nusantara, Elisabeth Ermuliana Kembaren, yang menjadi salah satu pembicara pada rangkaian The 1st Mangkunegaran International Symposium: Towards a New Global History of Javanese Court Culture, Politics and Governance di Pura Mangkunegaran selama dua hari Kamis-Jumat (13-14/7/2023).

Ibed, sapaan akrabnya, menyajikan materi Future Partnership of Mangkunagoro X and Mayor of Surakarta: Revitalisation of Pura Mangkunegaran’s Area. Ibed bahkan menyebut Mangkunagoro X punya peluang besar menggantikan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, apabila Gibran memenuhi dorongan untuk berkompetisi pada pesta politik tahun depan.

Gibran selama ini banyak didorong untuk maju dalam pemilihan gubernur khususnya di Jawa Tengah. “Dia [Mangkunagoro X] masih muda. Dia kayaknya progresif, misalkan saya melihat dia studi banding ke kampus, ada intellectual engaging-nya kelihatan. Bikin acara seperti ini. Dia membuka perpustakaannya buat riset,” kata dia kepada wartawan.

Hal itu, menurut Ibed, adalah upaya Mangkunagoro X menunjukkan bahwa Pura Mangkunegaran terbuka dengan ilmu pengetahuan dari pariwisata.  Mangkunagoro X juga dekat dengan penguasa dalam rangka menjadikan Pura Mangkunegaran pusat kebudayaan.

“Dia masih muda, dia bisa jadi apa saja yang lebih lagi. Karena politik hari ini jadi gitu ya, siapa yang menyangka anak Pak Jokowi menjadi Wali Kota Solo. Karena punya kedekatan jalannya dimuluskan,” paparnya.

Selengkapnya simak di Koran Solopos hari ini atau dengan mengakses koran.solopos.com.

Burjo Sahabat Mahasiswa dan Anak Muda

Di kota yang banyak memiliki perguruan tinggi seperti Solo, selalu ada tempat-tempat yang menjadi pusat para mahasiswa menongkrong. Salah satunya adalah warung burjo atau bubur kacang ijo.

Meski namanya warung burjo, namun dalam perkembangannya warung ini tak hanya menyediakan bubur kacang ijo, namun juga aneka hidangan cepat saji lainnya, khususnya mi instan. Yang menjadi daya tarik dari mi instan yang disajikan adalah karena biasanya ada aneka pilihan rasa mi. Bahkan mi instan bisa diolah lebih “serius” sehingga menjadi menu yang baru sama sekali.

Sekilas warung burjo memang tidak berbeda dengan warung makan biasa, yang menyediakan aneka ragam menu makanan dan minuman. Warna dominan dari warung burjo biasanya merah, kuning, dan hijau. Warung burjo umumnya ada di kawasan sekitar kampus perguruan tinggi seperti di Pabelan, Gonilan, atau Mendungan, serta di kawasan Kentingan.

Bagi kalangan mahasiswa atau anak muda lainnya, warung ini menjadi andalan karena menu makanannya relatif sederhana dan murah. Tak hanya itu, banyak warung burjo yang buka hingga 24 jam.

Warung burjo jadi makin menarik sebagai tempat makan dan menongkrong karena ada pula yang bahkan menyediakan fasilitas tambahan seperti akses Internet atau Wifi, meja dan bangku yang lebih banyak dan dilengkapi akses sambungan listrik, sehingga yang mau mengoperasikan gadget dalam waktu lama seperti untuk bermain game atau yang mau bekerja menggunakan laptop bisa memanfaatkannya.

Seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Krisna Indra, mengaku dalam sepekan bisa mengunjungi warung sebanyak lima kali. Ia menjelaskan memilih Burjo sebagai rujukan karena harga menu yang murah. Biasanya ia menghabiskan Rp10.000 hingga Rp 15.000. Menu favoritnya adalah Mie Dok Dok, yaitu mi instan dimasak dengan kuah pedas.

Selengkapnya simak di Koran Solopos hari ini atau dengan mengakses koran.solopos.com.

Sapi Tak Mungkin Tinggal di Kampung Klurahan

Ada satu kepercayaan yang masih terpelihara di kalangan warga Kampung Klurahan, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, yaitu tidak boleh memelihara sapi di lingkungan kampung itu.

Alasannya karena dhanyang alias roh halus yang dulu dipercaya leluhur kampung itu merupakan penunggu atau penjaga kampung memiliki hewan piaraan berwujud sapi juga. Karena itu jika ada sapi yang masuk atau tinggal di kampung tersebut bakal tak kuat dengan kehadiran sosok roh halus tersebut hingga akhirnya mati.

Kisah tersebut diceritakan Kerto Sumitro, 84, kepada Espos yang menjumpainya, Jumat (7/7/2023). Menurut Kerto, kisah itu tak lepas dari keberadaan makam seorang bangsawan Keraton Solo di kampung setempat bernama Kanjeng Gusti Panembahan Haryo (K.G.P.H.) Suryobroto atau yang lebih dikenal dengan julukannya yakni Kyai Langsur.

Konon, kata Kerto, Kyai Langsur memiliki dhanyang atau roh halus yang melindungi kampung tersebut dan roh halus itu punya piaraan dalam wujud sapi. Makam Kyai Langsur pun sampai kini masih sering disinggahi peziarah.

“Di Klurahan tidak boleh memelihara sapi. Kalau memelihara kerbau boleh, karena kalau memelihara sapi mbah dhanyange ingon-ingone ya sapi [piaraan roh halus penjaga wilayah juga sapi]. Sapi yang datang ke kampung bakal kalah,” kisah Kerto.

Kisah ini terus diturunkan hingga bergenerasi-generasi sehingga sampai sekarang warga setempat pun lebih memilih memelihara kerbau. “Sekarang paling tinggal sedikit hanya 2-3 orang saja yang punya kerbau. Anak-anak zaman sekarang tidak mau memelihara kerbau,” papar Kerto.

Selengkapnya simak di Koran Solopos hari ini atau dengan mengakses koran.solopos.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya