SOLOPOS.COM - Koran Solopos edisi Jumat (26/5/2023).

Solopos.com, WONOGIRI — Ulasan tentang PT Indonesia Power bakal membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung berkapasitas 100 Megawatt di Waduk Gajah Mungkur (WGM ) Wonogiri pada 2024 mendatang menjadi berita utama di Harian Umum Solopos edisi Jumat (26/5/2023).

Diberitakan Koran Solopos hari ini, pembangunan PLTS di Wonogiri ini bagian dari upaya  percepatan untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 di Indonesia.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Manager Generation Business Development PT Indonesia Power, Puguh Anantawidya, mengatakan PLTS terapung di WGM Wonogiri ditargetkan bisa mulai beroperasi mulai Maret 2024. Pada umumnya konstruksi PLTS digarap 12 bulan. Tetapi pembangunan PLTS di Wonogiri dipercepat untuk mengejar target bauran EBT 23% pada 2025 di Indonesia.

Dia menjelaskan luas area genangan WGM yang akan dimanfaatkan sebagai PLTS seluas 130 hektare (ha) atau 2% dari total luas genangan WGM yang seluas 5.800 ha. Selain itu luas area darat di tepi WGM yang digunakan sebagai switchyard atau pelataran langsir seluas 7,89 ha.

Switchyard adalah bagian dari gardu induk (GI) yaitu tempat meletakkan komponen utama gardu induk.Kedua area itu berada di wilayah Desa Boto, Kecamatan Baturetno. PLTS tersebut akan berkapasitas 100 Megawatt yang akan disalurkan ke Wonogiri dan beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah.

“Kalau kami tidak membangun PLTS dari sekarang, dikhawatirkan nanti tidak bisa menggunakan energi untuk listrik. Apalagi kita kan terikat Paris Agreement,” kata Puguh kepada Espos yang menjumpainya di Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Kamis (25/5/2023).

Paris Agreement merupakan perjanjian internasional untuk mengurangi emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca lain untuk membatasi pemanasan global.

Dia melanjutkan, proyek pembangunan ini bernilai sekitar Rp1 triliun. Masa pakai PLTS WGM 20 tahun. Puguh menjamin PLTS tidak akan memiliki limbah bahan berbahaya dan beracun. Sebab PLTS ini memanfaatkan sinar matahari untuk membangkitkan listrik.

Selengkapnya simak di Koran Solopos edisi Jumat (26/5/2023).

E-Commerce Dipakai Samarkan Pencucian Uang

JAKARTA – Makin maraknya kegiatan perdagangan melalui kanal elektronik alias e-commerce ternyata dimanfaatkan pula sebagai cara untuk mengaburkan aliran dana tindak pidana pencucian uang (TPPU). Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengendus modus yang digunakan dalam transaksi di e-commerce tersebut.

Pelaksana tugas (Plt.) Deputi Analisis dan Pemeriksaan PPATK, Danang Tri Hartono, mengungkapkan salah satu modus itu berupa pemesanan kamar hotel fiktif memanfaatkan platform online travel agent.

“Ini tanpa melihat tindak pidananya, jadi ada satu hotel di daerah terpencil, kabupaten, di masa pandemi Covid-19 transaksinya miliaran, menerima [pesanan] dari platform tiket online,” katanya, Kamis (25/5/2023).

Danang menyebut, jika ditelisik dari jumlah kamar dan kondisi pandemi yang membuat wisata sepi, pendapatan hotel seharusnya tidak besar. Terlebih, transaksi pemesanan hotel melebihi kapasitas kamar.

“Di masa pandemi harusnya [hunian hotel] sepi enggak banyak orang, ini transaksinya besar. Kami identifikasi pemilik hotelnya ini terkait tindak pidana apa, lalu dikirimkan dalam rangka apa. Dan terdeteksi,” katanya.

Danang menyebut untuk bisa mengungkap modus-modus tersebut, perlu ada koordinasi dengan pihak-pihak terkait termasuk platform pemesanan tiket online yang dimanfaatkan.

Selengkapnya simak di Koran Solopos edisi Jumat (26/5/2023).

Berebut Rupiah di Tepian Jalan

Juru parkir (jukir) menjadi pemandangan biasa di tempat-tempat keramaian di Kota Solo. Di balik itu, ada perjuangan berat dalam mencari pendapatan.

Purwanto, 54, seorang juru parkir resmi yang bertugas di Jl. Perintis Kemerdekaan, Laweyan, Solo, kepada Espos, Rabu (24/5/2023), berkisah sudah menjadi jukir sejak 1992. “Dulu kalau pagi bantu ibu jualan nasi dulu, siang narik parkir di Ngarsopuran atau Singosaren, malamnya narik becak. Sekarang sudah jadi tukang parkir saja sama sesekali membantu istri jualan makanan di daerah Sriwaru,” jelasnya.

Purwanto bercerita setiap hari bisa mendapatkan Rp75.000 hingga Rp150.000, mulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. “Kalau saya sistemnya kan digaji, jadi ada pemasukan masuknya retribusi ke daerah melalui Dishub. Kalau saya per hari bisa dapat Rp75.000 sampai Rp150.000 kalau lagi ramai, nanti kalau ada yang punya hajatan beda lagi pemasukannya, saya dapat tambahan pemasukan, sekitar Rp150.000, seringnya di akhir pekan,” jelasnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Espos juru parkir biasanya langsung menyetor ke Dishub sebanyak 30% hingga 50% dari uang parkir yang didapatnya.

Purwanto mengaku, pendapatannya sekarang tidak sebesar dulu. Ia menyebut, kini kian banyak juru parkir liar yang beroperasi dan mengurangi pendapatannya. Purwanto juga menjelaskan, banyak jukir liar yang bisa mendapatkan seragam dan seolah bertugas seperti jukir resmi.

“Dulu bisa dapat sampai Rp200.000 atau Rp300.000, tapi karena sekarang wilayahnya dibagi sama beberapa rekanan jadi berkurang. Ditambah sekarang jukir ilegal banyak sekali. Mereka bisa dapat Rp150.000 per hari dan masuk kantong pribadi. Anehnya, mereka kadang ya pakai seragam seperti jukir resmi. Kalau ditanya [dari mana dapat seragam] mereka bilang itu pinjam,” jelasnya.



Selengkapnya simak di Koran Solopos edisi Jumat (26/5/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya