SOLOPOS.COM - Koran Solopos edisi Selasa (13/6/2023).

Solopos.com, JAKARTA–Harian Umum Solopos edisi hari ini, Selasa (13/6/2023), mengusung headline pertemuan pengurus PDI Perjuangan dan Partai Demokrat disebut bukan untuk menggoyang koalisi yang mengusung capres Anies Baswedan.

Diberitakan Solopos hari ini, Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Internal DPP PDI Perjuangan Utut Adianto mengungkapkan PDIP membuka diri untuk menjalin kerja sama dengan partai mana pun.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

Hal ini juga sekaligus menampik anggapan partai berlogo banteng moncong putih itu terlalu eksklusif. “Kalau dibilang kami terlalu eksklusif, tidak, kan buktinya kami membuka itu saja, poinnya,” tegasnya, Senin (12/6/2023).

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa PDIP mengedepankan politik yang merangkul ketika disinggung alasan nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masuk ke dalam daftar calon wakil presiden (cawapres) untuk disandingkan dengan capres Ganjar Pranowo.

Lebih lanjut, Hasto menegaskan PDIP memahami etika politik, terlebih Partai Demokrat terlibat dalam kerja sama politik dengan Partai Nasdem dan PKS. “Tetapi, ketika ada masukan itu [nama AHY ], ya, menjadi tanggung jawab dari kami untuk disampaikan ke publik,” ujar Hasto.

Hasto menyadari posisi AHY bersama Partai Demokrat berbeda dengan PDIP menjelang pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Akan tetapi, ia meyakini ruang dialog harus dibuka dalam perpolitikan.

Hasto mengatakan pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya belum membahas kerja sama politik untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. “Terkait dengan kontestasi Pemilu 2024, apakah [Demokrat] mau bergabung atau tidak, kami belum sampai ke sana, dalam pengertian pembicaraan formal antara kedua partai,” ujar Hasto, Senin.

Selengkapnya simak di Koran Solopos edisi hari ini, Selasa (13/6/2023).

Ada Alat Pengintai Israel di Indonesia

JAKARTA—Sejumlah alat penyadap komunikasi elektronik diyakini telah masuk ke Indonesia, termasuk Pegasus, alat spyware buatan Israel. Di luar negeri, Pegasus disebut-sebut telah dimanfaatkan untuk memata-matai lawan politik, aktivis, dan jurnalis.

Liputan yang dilakukan konsorsium Indonesia Leaks yang terdiri atas Majalah Tempo, Koran Tempo, Tempo.co, Jaring.id, Suara.com, Independen.id, dan Bisnis Indonesia bersama Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP), dan Forbidden Stories, mengungkap dugaan itu.

Pengirim alat itu adalah Q Cyber Technologies Sarl, yang berkantor di Luksemburg. Q Cyber pernah tercatat sebagai induk usaha NSO Group, produsen spyware asal Israel. NSO banyak disorot lantaran produk Pegasus memiliki kemampuan seperti siluman, tidak mudah terdeteksi dan diklaim efektif untuk mengakses data ke sejumlah perangkat tanpa pemiliknya tahu.

Laporan Citizen Lab dan Amnesty International menyebut Pegasus dapat memecahkan komunikasi terenkripsi dari IPhone, Mac, Android, dan semua perangkat elektronik berbasis operating system (OS) lainnya.

Proses operasi Pegasus bisa dilakukan tanpa harus melakukan aktivasi alias zero click oleh pemilik gawai maupun perangkat komputer. Kendati demikian, belum ada laporan yang menyebut otoritas atau aparat penegak hukum di Indonesia menggunakan alat tersebut.

Tim Indonesia Leaks memperoleh dokumen yang mengungkap pengiriman alat itu ke Indonesia.  Dokumen yang berisi riwayat importasi barang itu mengungkap barang yang diduga alat mata-mata itu tiba di Indonesia pada 15 Desember 2020. Pengirimnya adalah Q Cyber Technologies.

Selengkapnya simak di Koran Solopos edisi hari ini, Selasa (13/6/2023).

Genjot Pariwisata, Identitas Solo Jangan Hilang

SOLO — Pembangunan pariwisata di Solo seharusnya tetap memperhatikan sektor akar rumput dan kearifan lokal agar identitas Kota Solo tidak hilang. Solo juga harus bisa memetik pelajaran dari Jogja dan Jakarta soal pembangunan kepariwisataan dan pembangunan perkotaan agar tidak mengulang terjadinya masalah-masalah yang sama.

Hal tersebut diungkapkan sejumlah tokoh yang ditanya Espos terkait evaluasi pembangunan kepariwisataan di Kota Solo sejauh ini. Dosen sosiologi FISIP UNS, Siti Zunariyah, saat dihubungi Espos, Jumat (2/6/2023), menilai pembangunan pariwisata Solo dilakukan secara masif, tapi tergesa-gesa tanpa perencanaan yang memperhatikan keinginan masyarakat.

Menurut Zunariyah, pembangunan pariwisata yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan berasal dari kearifan lokal akan lebih bertahan lama dibandingkan dengan simbol wisata baru yang bukan berasal dari aktivitas masyarakat sepenuhnya.

Salah satu objek wisata baru di Solo adalah Masjid Sheikh Zayyed yang menurutnya membawa simbol berbeda dengan kearifan lokal masyarakat Solo. Selain itu, pertumbuhan pariwisata akar rumput juga harus berasal dari kreativitas masyarakat sehingga ada partisipasi masyarakat di dalamnya.

Meski begitu, Zunariyah mengapresiasi langkah pemerintah untuk membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di setiap kampung di Solo. Menurutnya, Pokdarwis bisa menjadi sarana masyarakat Solo mendapatkan porsi ekonomi pariwisata sama besarnya dengan elite pemerintah dan tataran serupa lainnya. Zunariyah menambahkan keberadaan Pokdarwis bisa mengurangi kesenjangan struktural akibat pembangunan pariwisata.

Selengkapnya simak di Koran Solopos edisi hari ini, Selasa (13/6/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya