SOLOPOS.COM - Puluhan truk parkir di terminal barang Pedaringan, Solo, Senin (8/4/2013). Akibat kelangkaan solar mulai berdampak serius terhadap arus distribusi barang, sejumlah sopir mengaku belum berani melanjutkan perjalanan jarak jauh karena tidak ada kepastian pasokan solar di lapangan. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Puluhan truk parkir di terminal barang Pedaringan, Solo, Senin (8/4/2013). Akibat kelangkaan solar mulai berdampak serius terhadap arus distribusi barang, sejumlah sopir mengaku belum berani melanjutkan perjalanan jarak jauh karena tidak ada kepastian pasokan solar di lapangan. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

SOLO—Kelangkaan solar mulai berdampak serius terhadap arus distribusi barang. Puluhan truk dan kontainer mulai tertahan di Terminal Pedaringan. Sejumlah sopir mengaku belum berani melanjutkan perjalanan jarak jauh karena tidak ada kepastian pasokan solar di lapangan. Truk-truk berat dan kontainer itu rata-rata sudah tertahan di Pedaringan sekitar sepuluh hari bahkan ada yang sudah tujuh belas hari.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Salah satu sopir kontainer, Suprapto, menyampaikan pihaknya sudah 17 hari tertahan di Pedaringan. Biasanya, distribusi sepeda motor Jakarta Surabaya hanya ditempuh perjalanan empat hari. Sekarang, belasan hari dia baru menempuh setengah perjalanan. Dia sendiri membawa satu kontainer sepeda motor yang siap dikirim dari Jakarta ke Surabaya.

“Ini berhenti di Pedaringan karena stok solar di dalam kontainer tinggal sedikit. Saya belum berani keluar karena di mana-mana solar habis,” kata Suprapto, saat ditemui Solopos.com di Terminal Pedaringan, Senin (8/4/2013).

Dia memperkirakan, jika dia melanjutkan perjalanan ke Surabaya, stok solar di dalam kontainer hanya cukup sampai Sragen.
“Setiap hari saya mencoba cari dengan membeli jeriken. Tapi susahnya minta ampun. Kemarin saya ke SPBU di Banyuanyar hingga Sekar Pace kosong. Saya tuh khawatir, sudah muter-muter tidak dapat solar, stok habis, malah repot saya,” keluh dia.
Selama 17 hari di Pedaringan, Suprapto selaku sopir mengaku hampir kehabisan uang jalan. “Uang jalan belum ditambah, kalau dipaksa beli solar nonsubsidi ya kami tombok.”

Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/SOLOPOS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya