SOLOPOS.COM - Penyair Solo yang hilang sebelum Reformasi 1998 di Indonesia, Wiji Thukul (JIBI/Solopos/Antara/Dok.)

Solopos.com, JAKARTA – Meninggalnya Dyah Sujirah yang akrab disapa Sipon, 55, ibu rumah tangga yang tinggal di Kelurahan Jagalan, Jebres, Solo, Jawa Tengah memunculkan lagi nama aktivis yang hilang di Era Reformasi tahun 1998 silam, Wiji Thukul.

Ya, Sipon adalah istri Wiji Thukul, aktivis prodemokrasi yang nasibnya tidak jelas hingga kini.

Promosi BRI Meraih Dua Awards Mobile Banking dan Chatbot Terbaik dalam BSEM MRI 2024

Ada sebagian orang yang yakin Wiji Thukul sudah meninggal dibunuh namun sebagian lain meyakini masih hidup dan tinggal di suatu tempat di Indonesia.

Berdasarkan surat lelayu yang beredar dan diterima Solopos.com, Sipon meninggal dunia di RS Hermina Solo Kamis (5/1/2023) sekitar pukul 13.01 WIB.

Jenazah akan disemayamkan di rumah duka, RT 001/RW 014 Kelurahan Jagalan, Jebres, Solo.

Jenazah akan dimakamkan di Astana Purwoloyo, Pucangsawit, Jebres, Solo, pada Jumat (6/1/2023) pukul 10.00 WIB.

Sipon meninggalkan dua orang anak hasil perkawinannya dengan Wiji Thukul yakni Fitri Nganthi Wani dan Fajar Merah, serta seorang cucu bernama Sava Azalia Ratu Anjani.

Siapakah Wiji Thukul? Wiji Thukul yang hilang saat pergolakan reformasi 1998 hingga kini tak diketahui jelas nasib maupun keberadaannya.

Dokumentasi Solopos.com, Wiji Thukul merupakan penyair dan aktivis asal Kota Solo yang kerap mengkritik pemerintahan Orde Baru kala itu.

Widji Thukul yang bernama asli Widji Wododo lahir 26 Agustus 1963.

Disergap Aparat

Ia kala itu berusia 35 tahun aktif melawan rezim Orde Baru bersama berbagai kalangan proreformasi lainnya.

Ia beberapa kali disergap tentara namun berhasil lolos dengan berpindah-pindah tempat tinggal.

Namun pada 23 Juli 1998 Tukul menghilang dan tidak diketahui keberadaannya sampai sekarang.

Muncul dugaan Thukul diculik oleh militer bersama beberapa aktivis lainnya.

Wiji Thukul merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ia lahir dari keluarga Katolik dengan keadaan ekonomi sederhana.

Ayahnya seorang penarik becak sementara ibunya berjualan ayam bumbu untuk membantu perekonomian keluarga.

Thukul kecil mulai aktif menulis puisi sejak usia sekolah dasar. Ia tertarik pada dunia teater ketika bersekolah SMPn 8 Solo.

Wiji Thukul sempat melanjutkan pendidikannya hingga kelas dua di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia jurusan tari.

Kesulitan ekonomi orang tuanya membuat Wiji Thukul berhenti bersekolah dan mengamen di jalan.

Bersama kelompok Teater Jagat, ia lantas mengamen puisi keluar masuk kampung di Solo.

Sembari berpuisi, Wiji Thukul menyambung hidupnya dengan berjualan koran, menjadi calo karcis bioskop, dan menjadi tukang pelitur di sebuah perusahaan mebel.

Pada Oktober 1989, Thukul menikah dengan Dyah Sujirah alias Sipon yang saat itu bekerja sebagai buruh.

Pasangan Thukul-Sipon dikaruniai anak pertama bernama Fitri Nganthi Wani, kemudian pada tanggal 22 Desember 1993 anak kedua mereka lahir yang diberi nama Fajar Merah.

Selama masa hidupnya ia aktif menyelenggarakan kegiatan teater dan melukis dengan anak-anak kampung Jagalan, tempat ia dan anak istrinya tinggal.

Pada 1992 ia ikut demonstrasi memprotes pencemaran lingkungan oleh pabrik tekstil PT Sariwarna Asli Solo yang berada di Kelurahan Jagalan tempatnya tinggal.

Pada 1994, terjadi aksi demonstrasi petani di Ngawi, Jawa Timur. Wiji Thukul tampil memimpin unjuk rasa hingga ditangkap militer.

Tahun-tahun berikutnya Wiji Thukul aktif di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jakker) sebagai ketua.

Mata Kanan Rusak

Pada tahun 1995 mata kanannya rusak akibat kepalanya dibenturkan ke bodi mobil saat dirinya ikut aksi protes karyawan PT Sritex.

Karena aktivitasnya itu, semenjak Juli 1996 Wiji Thukul sudah hidup terpisah dari keluarganya.

Mata kanan Wiji Thukul rusak setelah kepalanya dibenturkan ke badan mobil saat aksi unjuk rasa pada tahun 1995. (Istimewa)

Ia tinggal berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk bersembunyi dari kejaran aparat.

Dalam pelariannya itu Thukul tetap menulis puisi-puisi pro-demokrasi yang salah satu di antaranya berjudul Para Jendral Marah-Marah.

Puncak aktivitasnya terjadi pada tahun 1998. Ia bergabung dengan aktivis prodemokrasi di berbagai kota di Indonesia dan melakukan aksi.

Peristiwa 27 Juli 1998 menjadi akhir dari jejaknya. Belasan aktivis prodemokrasi hilang, termasuk Wiji Thukul.



Kerusuhan pada Mei 1998 telah menyeret beberapa nama aktivis prodemokrasi ke dalam daftar pencarian aparat di bawah Kopassus.

Nama Tim Mawar Kopassus yang berada di bawah kendali Prabowo Subianto mencuat.

Pada April 2000, istri Thukul, Sipon melaporkan suaminya yang hilang ke Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).

Forum Sastra Surakarta (FSS) yang dimotori penyair Sosiawan Leak dan Wowok Hesti Prabowo mengadakan sebuah forum solidaritas atas hilangnya Thukul berjudul Thukul, Pulanglah.

Forum solidaritas diadakan secara beruntun di Surabaya, Mojokerto, Solo, Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta.

Ada tiga sajak Wiji Thukul yang populer dan menjadi sajak wajib dalam aksi-aksi massa, yaitu Peringatan, Sajak Suara, serta Bunga dan Tembok.

Ketiganya ada dalam antologi Mencari Tanah Lapang yang diterbitkan oleh Manus Amici, Belanda, pada 1994.

Tapi sesungguhnya antologi tersebut diterbitkan oleh kerjasama KITLV dan penerbit Hasta Mitra, Jakarta.

Nama penerbit fiktif Manus Amici digunakan untuk menghindar dari pelarangan pemerintah Orde Baru.



Karya terkenal Wiji Thukul:

– Dua kumpulan puisinya: Puisi Pelo (1984) dan Darman dan Lain-lain (1994)

– Antologi puisi Mencari Tanah Lapang (1994)

– Puisi: Bunga dan Tembok

– Puisi: Peringatan

– Puisi: Kesaksian (Diarsipkan 2007-05-02 di Wayback Machine).

Prestasi dan penghargaan

– 1989: Diundang membaca puisi di Kedubes Jerman di Jakarta oleh Goethe Institut.

– 1991: Tampil ngamen puisi pada Pasar Malam Puisi (Erasmus Huis; Pusat Kebudayaan Belanda, Jakarta).

– 1991: Memperoleh Wertheim Encourage Award yang diberikan Wertheim Stichting, Belanda, bersama WS Rendra.

– 2002: Dianugerahi penghargaan “Yap Thiam Hien Award 2002”



– 2002: Sebuah film dokumenter tentang Widji Thukul dibuat oleh Tinuk Yampolsky.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya