SOLOPOS.COM - Qatar (Google Map)

Isolasi Qatar oleh Arab Saudi berbuntut panjang. Apalagi, Trump mengindikasikan dukungannya.

Solopos.com, JAKARTA — Pertikaian Arab vs Qatar mungkin bisa menjadi contoh bagaimana ketegangan hubungan diplomatik sangat berpotensi memengaruhi rantai pasokan barang dan iklim bisnis global. Baru-baru ini, dua negara lain ikut-ikutan mengekor aksi itu, yaitu Mauritius pada Rabu (7/6/2017), serta Yordania yang memilih mengurangi jumlah diplomatnya di Qatar.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Terlebih, Presiden AS Donald Trump malah mengindikasikan dukungan kepada Arab Saudi dan sekutunya dalam mengisolasi Qatar. Hal itu diungkapkannya dalam cuitan di akun Twitternya, Selasa (6/6/2017) waktu setempat.

During my recent trip to the Middle East I stated that there can no longer be funding of Radical Ideology. Leaders pointed to Qatar – look! [Dalam perjalanan terakhir ke Timur Tengah, saya menyatakan tidak ada lagi yang bisa mendanai idelogi radikal. Para pemimpin menuding Qatar, lihatlah!],” cuit Trump di Twitter, Selasa (6/6/2017).

Sektor gas alam cair (LNG) memang belum terpengaruh secara masif akibat pemutusan hubungan diplomatik terhadap Qatar oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Yaman, Mesir, Maladewa, dan Libya. LNG menjadi komoditas yang menjadi sorotan utama pasar global sebagai dampak konflik di Timur Tegah tersebut. Pasalnya, Qatar merupakan produsen utama sekaligus terbesar LNG di Teluk Arab.

Exxon Mobil Corp yang selama satu dekade terakhir menjadi mitra utama perusahaan energi nasional Qatar (Qatar Petroleum), bahkan menyatakan ketegangan di kawasan tersebut belum memengaruhi pasokan LNG global. Hal itu diungkapkan oleh Juru Bicara Exxon Alan Jaffers dalam keterangan resminya pada Rabu (7/6/2017).

Pernyataan serupa juga dikeluarkan oleh perusahaan pengimpor gas alam cair terbesar di Jepang, JERA, pada Selasa (6/6/2017). Perusahaan itu mengaku mendapat konfirmasi dari Qatar Petroleum bahwa pasokan produk energi itu ke Jepang akan terjaga.

Namun, optimisme terkait amannya pasokan LNG tersebut bisa jadi berubah sewaktu-waktu. Situasi buruk bakal terjadi jika negara-negara tetangga yang memutus hubungan diplomasi seperti Arab Saudi, UEA, dan Bahrain, menutup pelabuhan regionalnya untuk kapal-kapal berbendera Qatar.

Akses lain yang biasa diambil kapal-kapal Doha untuk menuju negara konsumen pun juga terancam. Pasalnya Mesir berpeluang menutup jalur di Terusan Suez bagi kapal-kapal Qatar. Meskipun secara hukum internasional Mesir dilarang melakukan penutupan sepihak di jalur laut Terusan Suez.

Kairo memang tidak membuat pernyataan resmi terkait hal tersebut. Namun, pejabat Otoritas Terusan Suez mengatakan, berdasarkan kesepakatan internasional, Kairo mengizinkan semua kapal melewati kecuali yang berasal dari negara-negara yang berperang dengan Mesir.

“Hal itu membuat Terusan Suez tidak memiliki kekuatan untuk mencegah kapal-kapal Qatar lewat karena tidak ada perang yang terjadi,” kata pejabat yang enggan disebut namanya kepada Reuters.

Mesir diyakini tidak akan memberlakukan pelarangan kapal Qatar melewati Terusan Suez. Pasalnya, 60% kebutuhan LNG nasional tahun lalu dipasok oleh Doha.

Namun bila kebijakan penutupan akses kapal Qatar di Terusan Suez diberlakukan, maka armada negara tersebut harus memutar melalui Afrika. Langkah itu akan menambah waktu pengiriman hingga satu bulan dan menelan biaya operasional miliaran dolar AS.

Akan tetapi, salah satu indikasi bahwa rantai pasokan global LNG dari Qatar bakal terganggu setidaknya telah muncul pada Rabu (7/6/2017). Pasalnya, Qatar saat ini tidak lagi dapat memasukkan minyak mentah produksinya ke kapal supertanker yang dimiliki bersama oleh sejumlah negara di Teluk Arab.

Seperti diketahui, kapal supertanker biasanya mengangkut dan menggabungkan pengiriman minyak dari Qatar Kuwait, Arab Saudi, UEA, dan Oman. Alhasil, kejadian itu membuat lembaga pemeringkat harga minyak S & P Global Platts tak lagi memasukkan harga minyak poduksi Qatar sebagai acuan di Timur Tengah.

“Ada ketidakpastian nilai dan harga dari produk minyak mentah Qatar pascapemutusan hubungan diplomatik,” tulis S & P Global Platts dalam keterangan resminya Rabu (7/6/2017).

Senada perusahaan kapal kargo Maersk mengaku tidak lagi dapat mengangkut barang terutama produk konsumsi masyarakat dari dan menuju pelabuhan Qatar pada Selasa (6/6/2017). Sebab selama ini rute kapal pengangkut produk konsumsi dari dan menuju Qatar harus singgah di pelabuhan Jebel Ali UEA.

“Kami biasanya membawa barang konsumsi untuk Qatar dari UEA. Namun, kami mendapat konfirmasi bahwa kapal kami untuk tujuan Qatar tidak dapat bongkar muat di Jebel Ali,” ujar juru bicara Maersk.

Indikasi lain akan terjadinya gangguan pasokan gas global juga muncul ketika pelabuhan penyimpanan minyak UEA yakni Fujairah melarang masuk kapal LNG berbendera Qatar. Data Thompson Reuters Eikon menyebutkan, setengah lusin kapal tanker, minyak, bahan kimia dan LNG harus meninggalkan perairan UEA pada Rabu.

Hal ini secara otomatis membuat kapal asal Qatar tidak bisa mengisi bahan bakar di Fujairah, yang selama ini menjadi pos pemberhentian pertama kapal sebelum melakukan pengiriman ke Asia, AS, dan Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya