SOLOPOS.COM - Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) hadir di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (1/12/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Muhammad Adimaja)

Ahok menyebut banyak kebijakannya yang pro umat Islam.

Solopos.com, JAKARTA – Terdakwa kasus penistaan agama, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Setelah mendengarkan dakwaan, Ahok membacakan nota keberatan. Dalam kesempatan itu, pihak Ahok juga membeberkan keberpihakan Ahok kepada Islam.

Promosi Video Uang Hilang Rp400 Juta, BRI: Uang Diambil Sendiri oleh Nasabah pada 2018

Ahok membacakan nota keberatan untuk menyanggah surat dakwaan jaksa terkait dugaan penistaan agama. Dalam nota keberatan itu, Ahok juga memaparkan mengenai program dan sumbangan untuk membangun masjid.

Ahok membeberkan sumbangsih yang pernah dia lakukan baik secara pribadi ataupun saat menjadi wakil rakyat dan kepala daerah di Belitung Timur, untuk umat Muslim di sana. Mulai dari menyumbang dan membangun masjid-masjid, surau dan pesantren, menghajikan marbot, guru ngaji, pengurus makam, serta berzakat. Hal itu, diklaimnya terus dilakukan sampai dirinya menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta.

“Ketika saya jadi gubernur DKI Jakarta saya buat banyak kegiatan agar PNS bisa pulang lebih awal selama Ramadan, agar bisa berbuka dengan keluarga di rumah, tarawih. Saya juga igin balai kota punya masjid megah maka dibangunlah masjid Al Fatah. Di semua rumah susun yang dibangun pemda, juga dibangun masjid, bahkan di Daan Mogot kami bangun masjid terbesar agar tampung warga rusun tersebut, kami terus bangun masjid, dengan cara beli lahan yang ada di sekitar rusun,” kata Ahok seperti dipantau Solopos.com dari tayangan live di SCTV, Selasa (13/2/2016).

“Saya berharap bisa laksanakan amanah untuk dilanjutkan sebagai gubernur untuk makmurkan rakyat khususnya umat Islam di Jakarta dapat terwujud,” sambung dia.

Dia kemudian menceritakan bagaimana besarnya dukungan Gus Dur, tokoh Nahdlatul Ulama, agar dirinya menjadi kepala daerah saat di Belitung Timur. Di akhir nota keberatannya, Ahok memohon pada majelis hakim untuk mempertimbangkan.

“Saya tidak mungkin punya niat menistakan agama Islam, punya niat menghina ulama. Karena itu sama dengan menghina orang yang saya sayangi. Tapi kenyataan yang sungguh terjadi, saya harap penjelasan saya ini buktikan tidak ada niat saya untuk lakukan penistaan terhadap umat Islam, dan penghinaan terhadap ulama. Saya mohon agar majelis hakim dapat pertimbangkan nota keberatan saya ini, dan selanjutnya menyatakan dakwaan JPU batal demi hukum, dan saya dapat kembali melayani warga Jakarta dan bangun kota Jakarta,” pungkasnya.

Ahok mengatakan dirinya sudah menerapkan banyak program membangun Masjid, Mushollah dan Surau, dan bahkan merencanakan membangun Pesantren, dengan beberapa Kyai dari Jawa Timur. Dia juga menyisihkan penghasilannya, sejak menjadi pejabat publik.

“Minimal 2,5% untuk disedekahkan yang di dalam Islam, dikenal sebagai pembayaran Zakat, termasuk menyerahkan hewan Qurban atau bantuan daging di Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Saya juga mengeluarkan kebijakan-kebijakan, termasuk untuk menggaji guru-guru mengaji, dan menghajikan Penjaga Masjid/Musholla [Marbot atau Muadzin] dan Penjaga Makam,” ujar Ahok.

“Hal-hal yang telah saya lakukan di Belitung Timur, saat menjabat sebagai Bupati, saya teruskan ketika tidak menjadi Bupati lagi, sampai menjadi anggota DPR RI daerah pemilihan (dapil) Bangka Belitung, sebagai Wakil Gubernur dan juga, sebagai Gubernur DKI Jakarta saat ini pun tetap saya lakukan,” sambungnya.
Ahok mengatakan ketika dirinya menjadi Gubernur DKI Jakarta, dia juga membuat banyak kebijakan, diantaranya kebijakan agar di bulan Suci Ramadhan, para PNS dan honorer, bisa pulang lebih awal. Itu dilakukan agar umat Muslim dapat berbuka puasa bersama keluarga di rumah, sholat magrib berjamaah, dan bisa tarawih bersama keluarganya.

“Saya juga ingin melihat Balaikota mempunyai Masjid yang megah untuk PNS, sehingga bisa melaksanakan ibadahnya, ketika bekerja di Balaikota. Karena itu, Pemda membangun Masjid Fatahillah di Balaikota. Di semua rumah susun (rusun) yang dibangun PEMDA, juga dibangun Masjid. Bahkan di Daan Mogot, salah satu rusun yang terbesar, kami telah membangun Masjid besar, dengan bangunan seluas 20.000 m2, agar mampu menampung seluruh umat muslim yang tinggal di rusun Daan Mogot. Kami jadikan masjid tersebut sebagai salah satu Masjid Raya di Jakarta,” papar Ahok.

Ahok mengatakan dirinya akan terus melanjutkan program membangun masjid raya tersebut. Perluasan masjid juga akan dilakukan dengan cara membeli lahan di sekitar masjid.

“Para Marbot dan penjaga makam juga PEMDA Umrohkan. Kami juga membuat kebijakan bagi PNS, menjadi pendamping Haji kloter DKI Jakarta. Saya berharap bisa melaksanakan amanah orang tua dan orang tua angkat saya untuk melanjutkan tugas saya sebagai Gubernur di periode yang akan datang, sehingga cita-cita saya untuk memakmurkan umat Islam di Jakarta dapat terwujud,” ujar Ahok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya