SOLOPOS.COM - Jessica Wongso di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (20/1/2016). Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum memeriksa Jessica terkait kematian Wayan Mirna Salihin yang meninggal dunia karena sianida dalam es kopi Vietnam yang diminumnya di Olivier Cafe Grand Indonesia. (JIBI/Solopos/Antara/dok)

Sidang kopi bersidanida Senin-Selasa (5-6/9/2016) sempat diwarnai pernyataan ahli kubu Jessica yang awalnya menampik kemungkinan sianida.

Solopos.com, JAKARTA — Pelan-pelan, pendapat saksi ahli patologi asal Australia, Beng Ong, yang didatangkan kuasa hukum Jessica Kumala Wongso, punya kemiripan dengan keterangan para ahli sebelummnya. Jika awalnya dia menegaskan kematian Wayan Mirna Salihin bukan karena sianida, pengakuan berbeda ketika dirinya dicecar pertanyaan oleh jaksa.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

Jaksa Ardito awalnya mempertanyakan kesimpulan Ong yang menyebutkan korosi di lambung Mirna karena formalin. Ardito pun menanyakan pengetahuan Ong tentang pengawetan jenazah dengan formalin.

“Umumnya ada jarum yang ditusukkan ke salah satu pembuluh darah, lalu formalin dimasuikkan melalui pembuluh darah tersebut. Jika ada cairan keluar, maka pemberian formalin dihentikan,” jawab Ong dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin (6/9/2016) malam.

“Anda menyangsikan korosi itu disebabkan sianida?” tanya Ardito. Meski tak secara tegas, Ong mengakui bahwa korosi lambung dalam kasus Mirna bisa disebabkan karena sianida. “Korosi dalam kasus ini, sianida dapat memnyebabkan korosi,” kata Ong mengakui.

Ardito pun mencecarnya dengan mengingatkan Ong tentang kesimpulan awalnya. Namun, Ong sedikit mengelak dengan beralasan bahwa jika sianida yang masuk lambung hanya sedikit, maka korosi yang timbul tak akan seperti dalam tubuh Mirna. Seperti diketahui, terdapat bercak-bercak hitam di dinding bagian dalam lambung Mirna.

“Meski jumlah sianida dalam 20 ml kopi itu mungkin cukup menyebabkan kematian, tetapi karena volumenya kecil, maka korosi yang terjadi tidaklah parah atau hanya terjadi di satu tempat saja,” kilah Ong.

Jaksa pun menyebutkan gambaran fisiologis mukosa lambung berdasarkan visum et repertum yang menunjukkan erosi yang parah. Kesimpulannya, ada erosi yang parah di mukosa lambung yang erosif. Namun menurut Ong, hal itu lebih mungkin disebabkan oleh gas sianida. Padahal, ahli lain memprediksi sianida masuk ke tubuh Mirna melalui mulut dan berupa garam NaCN padat.

“Saya hanya dapat uraian [visum]. Di lambung ini seperti ada bercak-bercak dan mukosa berwarna hitam, dan histopatologi forensik yang diambil dari slide makroskopik, itu diakibatkan gas erosif dan museratif yang terkikis,” kata Ong.

Karena Ong masih berputar dengan pendapatnya, jaksa pun menanyakan apakah korosi parah itu mungkin disebabkan penyakit seperti mag atau gangguan lain. Ong akhirnya kembali mengaku. “Dia mungkin menderita gastritis, tapi tidak sampai menyebabkan korosi lambung,” jawabnya.

Ong juga mengakui, bahwa korosi di lambung itu berasal dari zat korosif dari luar. “Kalau memang ada korosi lambung, maka iya [disebabkan zat korosif].”

Selain mengakui adanya zat korosif seperti yang disimpulkan para ahli sebelumnya, Ong juga akhirnya mengakui bahwa ciri kolapsnya juga sesuai dengan salah satu tanda efek keracunan sianida. “Ada tidak tanda-tanda di CCTV yang anda lihat?” tanya Jaksa.

“Yang saya lihat dia tiba-tiba tidak sadar dan jatuh ke belakang. Ya saya lihat gerakan itu [Mirna mengibaskan mulut sesaat setelah minum kopi],” jawab Ong. Baca juga: Ahli Kubu Jessica: Erosi Lambung Mirna Karena Formalin.

Awalnya, Ong enggan secara langsung mengakui hal itu dengan alasan rekaman CCTV yang diterimanya kabur. Dia juga menyangkal bahwa orang yang terpapar sianida akan merasakan panas di mulutnyal. Alasannyam, “itu tidak dijelaskan dalam literatur.”

Tapi jaksa tak putus asa. Dia membelokkan pertanyaan ke soal ciri-ciri orang yang mengalami kegagalan organ tubuh mendapatkan oksigen. Pasalnya, Ong pernah menyebut bahwa dampak fatal sianida adalah gagalnya sel-sel organ tubuh mengikat oksigen. “Organ tidak akan bekerja, dan terjadi berbagai kegagalan organ, dia akan sakit tidak enak badan, dan kemudian jatuh, dan meninggal,” jawab Ong. Baca juga: Balikkan Dakwaan, Ahli Patologi Australia: Mirna Bukan Keracunan Sianida!

Namun sekali lagi, Ong menyangkal bahwa gejala kolaps yang dialami Mirna tak lama setelah minum kopi di Olivier Cafe 6 Januari 2016 disebabkan oleh kegagalan organ mendapat oksigen. “Hal itu bisa saja disebabkan jaringan otak yang pecah, gangguan paru atau jantung,” katanya lagi.

Menurutnya, pada orang yang tiba-tiba kolaps seperti Mirna, ada beberapa kemungkinan. Namun, setelah dicecar sekali lagi soal kemungkinan itu adalah adanya organ yang tak mendapatkan oksigen.

“Jika organ tidak mendapatkan oksigen, seperti otak atau jantung, yang bersangkutan meninggal langsung,” katanya diplomatis.

Jaksa pun terus mengejar. “Ini [Mirna] kolaps, apa ini bisa disebabkan karena gagal fungsi organ yang tak mendapatkan oksigen?” tanya Jaksa. Akhirnya, Ong mengakuinya. “Iya [bisa disebabkan gagal organ mendapatkan oksigen,” jawabnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya