SOLOPOS.COM - PM Jepang Shinzo Abe (kanan) didampingi PM Vietnam, Nguyen Tan Dung memeriksa pasukan kehormatan di istana kepresidenan di Hanoi, Vietnam, Rabu (16/1/2013). PM Abe berkunjung ke Vietnam dan selanjutnya ke Thailand dan Indonesia pekan ini untuk memperkokoh kerja sama. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Solopos.com, TOKYO – Masyarakat Jepang dilanda kesedihan mendalam atas peristiwa pembunuhan terhadap mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, Jumat (8/7/2022).

Duka mendalam itu terjadi di negara yang kebijakan senjata apinya diberlakukan sangat ketat dan kekerasan terkait politik jarang terjadi.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Pembunuhan perdana menteri di Jepang pernah terjadi pada 1936 silam.

Abe ditembak saat memberikan pidato kampanye di sebuah sudut jalan dan dilarikan ke rumah sakit menggunakan helikopter. Kematiannya diumumkan pada Jumat petang.

Baca Juga: Tersangka Penembak Abe Eks Anggota Pasukan Bela Diri Jepang

Mulai dari Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, yang merupakan anak didik Abe, hingga masyarakat di media sosial, suasana duka membanjiri negara tersebut, yang terakhir menyaksikan seorang perdana menteri dibunuh hampir 90 tahun yang lalu, merefleksikan betapa jarangnya kekerasan politik terjadi.

“Saya sangat terkejut,” kata Gubernur Tokyo Yurike Koike dalam sebuah konferensi pers rutin sebelum kematian Abe diumumkan.

Koike menahan air matanya dalam kesempatan tersebut.

Baca Juga: Mantan PM Jepang Shinzo Abe Ditembak, JK: Semoga Selamat

“Apapun alasannya, tindakan yang begitu keji tidak dapat dimaafkan. Ini adalah hinaan terhadap demokrasi.”

Koki Tanaka, 26, seorang pekerja teknik informasi di Tokyo, menyuarakan pendapat serupa. “Saya tercengang bahwa hal seperti ini dapat terjadi di Jepang.”

Pelarangan kepemilikan senjata api Jepang tidak mengizinkan penduduk sipil untuk memiliki pistol, dan para pemburu yang memiliki izin hanya dibolehkan untuk memiliki pistol rifle.

Baca Juga: Mantan PM Jepang Ditembak, Polisi Tangkap Pelaku Penembakan

Para pemilik senjata api harus mengikuti sejumlah kelas, lulus ujian tertulis dan menjalani evaluasi psikologi dan pengecekan latar belakang.

Jika ada penembakan terjadi, biasanya itu melibatkan anggota geng “yakuza” yang menggunakan senjata ilegal.

Ketika pembunuhan massal terjadi, seperti saat 19 orang tewas dibunuh di sebuah fasilitas untuk orang dengan gangguan jiwa pada 2016, hal itu biasanya dilakukan dengan pisau.

Baca Juga: Idul Adha 1962, Presiden Sukarno Ditembak dari Jarak Dekat

Serangan terhadap politikus juga bukan sesuatu yang biasa terjadi. Hanya segelintir kejadian yang tercatat dalam setengah abad terakhir.

Kejadian yang paling mencuat adalah pada tahun 2007 di mana Walikota Nagasaki ditembak mati oleh seorang anggota geng, yang kemudian memicu semakin diketatkannya kebijakan senjata api.

Pembunuhan seorang mantan perdana menteri terakhir terjadi pada tahun 1936.

Baca Juga: Faktor Sejarah dan Budaya Bikin Mobil Jepang Rajai Jalanan di Indonesia

Pria yang ditangkap sebagai tersangka penembak Abe adalah mantan anggota militer Jepang yang menembakkan senjata api rakitan sendiri, menurut laporan-laporan media.

Menteri Pertahanan Nobuo Kishi, adik dari Abe, menolak untuk berkomentar atas laporan-laporan tersebut.

Reaksi terhadap penembakan itu membanjir media sosial. Pada Jumat petang topik terpopuler di Twitter Jepang adalah “Abe-san”.



Baca Juga: Pratama Arhan Jalani Debut di J2 League Jepang, Begini Komentarnya

“Saya terus gemetar. Ini adalah akhir dari Jepang yang damai,” kata seorang pengguna Twitter Nonochi.

“Ada banyak politikus yang saya ingin lihat pergi namun pembunuhan tidak dapat dimengerti. Ini adalah awal dari berakhirnya demokrasi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya