SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, JAKARTA</strong> — Puisi <em>Ibu Indonesia</em> Sukmawati Soekarnoputri terus dipermasalahkan karena dituding menghina agama, bahkan kini dilaporkan ke kepolisian. Lembaga studi demokrasi dan hak asasi manusia Setara Institut menilai puisi itu dipersoalkan karena delik penodaan agama yang dituduhkan tidak jelas tolok ukurnya.</p><p>Setara menilai Sukmawati Soekarnoputri tidak menodakan agama lewat puisi <em>Ibu Indonesia</em>-nya. Puisi itu dinilai sebagai bentuk kebebasan ekspresi Sukma. Puisi itu memuat kata "azan", "cadar", dan "syariat Islam" yang kemudian menjadi kontroversi.</p><p>Ketua Setara Institut, Hendardi, menjelaskan sama seperti pernyataan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), niat jahat (<em>means rea</em>) dan konteks Sukmawati menyampaikan puisi itu bisa saja menjadi argumen hukum bahwa puisi itu bukanlah bentuk penodaan agama. Puisi itu bisa dinilai sebagai bentuk kebebasan berekspresi dan berpendapat setiap warga.</p><p>&ldquo;Namun, karena rumusan delik penodaan agama yang absurd tolok ukurnya, maka pihak lain yang tidak sependapat kemudian mempersoalkannya dengan dalil penodaan agama. Meskipun dalam disiplin HAM tidak dikenal istilah penodaan agama,&rdquo; jelas Hendardi dalam pernyataan persnya, Rabu (4/4/2018), yang dirilis <a href="https://www.suara.com/news/2018/04/04/110353/setara-sukmawati-tidak-menodakan-agama"><em>Suara</em></a>.</p><p>Menurut Hendardi, proses laporan penodaan agama harus dilakukan secara bertahap. Semisal dengan peringatan dan teguran. &ldquo;Pilihan pemidanaan adalah opsi terakhir yang bisa ditempuh setelah proses klarifikasi itu dilakukan dan peringatan diabaikan,&rdquo; kata dia.</p><p>Puisi Sukmawati dinilai sangat verbalis dan ekspresi seni yang memiliki derajat kebenaran faktual memadai. &ldquo;Dalam situasi sosial yang terbelah, isu semacam ini menjadi pemantik yang efektif untuk kembali membelah masyarakat. Apalagi di tengah kontestasi politik Pilkada 2018, Pileg dan Pilpres 2019. Politisasi dipastikan akan menguat,&rdquo; kata dia.</p><p>Sukmawati dalam klarifikasinya hari ini menjelaskan bahwa puisi itu sudah ada sejak 2006 lalu dan menjadi bagian dari buku kumpulan puisi&nbsp;<em>Ibu Indonesia.</em>&nbsp;Sukmawati juga menunjukkan buku tersebut dalam kesempatan itu.</p><p>"Puisi&nbsp;<em>Ibu Indonesia</em>&nbsp;ini ditulis sebagai refleksi dari keprihatinan saya tentang rasa wawasan kebangsaan dan saya rangkum semata-mata untuk menarik perhatian anak-anak bangsa untuk tidak melupakan jati diri Indonesia asli," kata Sukmawati.</p><p>Menurutnya, puisi ini ditulis sebagai bentuk ekspresi suara kebudayaan sesuai tema acara <em>29 Tahun Anne Avanti Berkarya</em>. "Saya pun tergerakkan oleh cita-cita untuk semakin memahami masyarakat Islam Nusantara yang berkemajuan sebagaimanan cita-cita Bung Karno. Dalam hal ini, Islam yang bagi saya begitu agung, mulia, dan indah. Puisi itu juga merupakan bentuk penghormatan saya terhadap Ibu Kartini Indonesia yang begitu kaya dengan tradisi kebudayaan dalam susunan masyarakat Indonesia yang begitu berbineka tapi tetap tunggal ika." (Adib Muttaqin Asfar)</p><p>&nbsp;</p>

Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya