SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Tsunami Jepang (google img)

RIKUZENTAKATA–Hampir setahun bencana gempa dan tsunami meluluhlantakkan pantai timur Jepang, para personel kepolisian masih berusaha keras menemukan para korban hilang di kota nelayan Rikuzentakata, Jumat (9/3/2012).

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Setahun lalu, 11 Maret 2011, dinding air setinggi 16 meter menerjang kota berpopulasi 24.240 jiwa itu telah menewaskan 1.555 orang dan masih 288 orang dinyatakan hilang akibat gelombang tsunami. Polisi dan penjaga pantai selama berbulan-bulan mengirimkan para penyelam ke laut dan mengeringkan berbagai lumpur dengan harapan menemukan jenazah korban yang hilang.

Rikuzentakata merupakan kota terparah terkena dampak tsunami. “Jika kami bekerja keras, arwah almarhum akan mendengar panggilan kami. Kami akan menjaga mata kami tetap terbuka lebar dan mencari dengan hati-hati,” ujar Kaname Endo, seorang petugas kepolisian setempat, yang kehilangan 12 rekannya saat kantor polisi hancur diterjang gelombang.

Dalam upaya pencarian Februari lalu mereka menemukan sesosok jenazah di Sungai Kesen dan sejumlah bagian tubuh di pelabuhan perikanan. “jenazah mungkin muncul di tempat-tempat yang sebelumnya telah kami sisir. Ini bukan soal benda-bena kotor yang berbau. Kami menganggap mereka sebagai sesuatu yang harus diperlakukan sangat hati-hati sehingga bisa dikembalikan ke keluarga mereka,” terang Endo.

Hampir setahun setelah tsunami menerjang kota yang berjarak 400 km timur Tokyo itu, sebagian besar puing masih menutupi pusat kota, termasuk bangunan Balaikota yang rusak parah, dan daerah komersial masih sepi. Para penduduk menempati hunian sementara di tanah yang terletak di dataran lebih tinggi.

Untuk keperluan belanja, supermarket didirikan di bekas gedung ambruk yang telah dibersihkan dan para birokrat kota beraktivitas memberikan layanan di sebuah kantor darurat yang terletak jauh dari garis pantai.

Walikota Futoshi Toba, yang kehilangan istrinya saat tsunami, mengatakan Rikuzentakata belum memulai tahap pembangunan kembali. “Kami telah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami. Tapi kami telah menyusun rencana rekonstruksi kota yang kami harapkan bisa dimulai pada awal tahun anggaran pada April,” ujarnya kepada Reuters di antara reruntuhan bangunan Balaikota.

Menurut sebuah survei, lebih dari 40 persen penduduk Rikuzentakata menderita masalah kesulitan tidur dan hampir enam persen mengalami masalah psikologi yang serius. OLeh karena itu, penemuan jenazah korban hilang dianggap sebagai bagian upaya penyembuhan atas trauma itu.

“Beberapa orang mengatakan, kami seharusnya berhenti mencari setelah setahun. Tapi ada mayat yang belum ditemukan. Kami akan terus mencari sampai kami tahu pasti sudah tidak ada lagi,” papar Endo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya