SOLOPOS.COM - Suasana obyek wisata Sendang Kun Gerit di Desa Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen saat libur Lebaran lalu. (Istimewa/Sugiman Totok).

Solopos.com, SRAGEN – Membangun dan membangkitkan perekonomian masyarakat tidak harus menunggu uluran tangan dari orang luar. Masyarakat desa bisa memaksimalkan potensi lokal untuk menyejahterakan masyarakat setempat.

Hal ini salah satunya dilakukan oleh warga Desa Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Mereka berhasil membangun destinasi wisata yang menjadi magnet wisatawan dan membawa dampak positif membantu perekonomian masyarakat melalui Sendang Kun Gerit

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Direktur BUMDes Sumber Rejeki Desa Jatibatur, Sugiman Totok, menjelaskan objek wisata air tersebut dibangun dari dana investasi warga Desa Jatibatur. Lahan pertanian yang kurang produk menjadikan kultur masyarakat di sana lebih suka merantau untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kemudian pada 2019, pihaknya membentuk sebuah wadah surelawan konsolidasi untuk masyarakat Jatibatur dengan tujuan memetakan potensi wilayah dan ingin mengembangkan potensi tersebut. Sukarelawan tersebut kemudian juga melirik masyarakat Jatibatur yang ada di luar daerah yang masing-masing telah memiliki paguyuban.

“Warga Jatibatur yang ada di perantauan menggunakan paguyuban untuk silaturahmi dengan masyarakat yang ada di desa, termasuk memberikan bantuan berupa apapun, terutama dulu ketika pembangunan masjid ada tiga masjid yang dibangun bekerja sama dengan masyarakat yang di perantauan,” papar Sugiman saat dihubungi Solopos.com, pada Selasa (2/5/2023).

Mereka membangun koneksi dengan paguyuban warga perantauan Jatibatur tersebut dan memberikan gagasan berupa rencana pembangunan Sendang Kun Gerit, setelah menemukan sumber mata air alami. Kemudian Sugiman menawarkan bussines plan rencana pembangunan objek wisata ini.

“Alhamdullilah banyak yang tertarik untuk ikut mengembangkan daerah, meskipun nanti tidak menghasilkan uang tetapi bisa mengangkat nama desa, harapan awalnya seperti itu. Kemudian potensi terus kami gali kami adakan riset kemudian kami buat landspace dan masterplan kami tawarkan pembiayaan untuk bersama, alhamdullilah terespons hingga sekarang ini,” terang Sugiman.

Pihak BUMDes bersama pemerintah desa setempat terus berkomitmen mengembangkan obyek wisata ini dan mampu membangkitkan ekonomi yang meluas. Dengan adanya Sendang Kun Gerit ini, nama desa dan semangat masyarakat terangkat. Selain itu juga memberikan keuntungan kepada BUMDes, investor, dan memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat.

“Masyarakat saja yang sudah bekerja di sendang ini total 20 orang, Lebaran ini total 101 orang yang bekerja di sendang itu baru yang bekerja belum yang supply logistik, jadi semua logistik di-supply masyarakat sendiri, pengelola tidak belanja sendiri jadi yang menyetor dari masyarakat Jatibatur, lebih dari 50 orang, belum yang di luar yang parkir. Jika dihitung kontribusi kepada masyarakat dan kepada investor mencakup total 800-an orang yang mendapatkan manfaat langsung,” tambah Sugiman.

Sugiman memang merekrut warga Desa Jatibatur yang tidak memiliki pekerjaan sejak 2019 lalu, misalnya lulusan SMA/SMK, ibu rumah tangga, pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Dividen dibagikan setiap tiga bulan sekali, sisa keuntungan yang dibagi kepada investor adalah pendapatan setelah dikurangi untuk biaya operasional termasuk untuk pendapatan asli desa (PAD), BUMDes, dan corporate social responsibility (CSR), kontribusi lingkungan, misalnya warga tidak mampu, dan sakit menahun.

Persentase pembagian berdasarkan jumlah investasi. Ada 568 investor yang semuanya berasal dari Jatibatur atau keturunan Jatibatur.

Sejak dibuka Agustus 2022 sampai Maret 2023 rata-rata 10.000 tiket terjual tiap bulan. Cukup sukses, Sugiman menargetkan 15.000 tiket harus terjual dalam setiap bulan. Pada hari biasanya rata-rata ada 100-200 per hari. Pada momen Lebaran 2023, pada Senin (24/4/2023) jumlah pengunjung mencapai 3.315 dalam sehari.

Luas objek wisata Sendang Kun Gerit sekitar 3.000 meter persegi. Di dalamnya terdapat satu kolam renang dengan luas 970 meter persegi dengan empat kategori kedalaman air yaitu 40 sentimeter, 90 sentimeter, 1,4 meter, dan 2 meter.

Kemudian terdapat juga restoran kecil di bagian atas objek wisata yang menyediakan berbagai macam menu dengan harga cukup terjangkau. Selain itu fasilitas musala, kamar mandi dewasa, kamar mandi anak, ruang ganti, saung, gazebo, dan fitness outdoor untuk anak-anak.

Sendang Kun Gerit sendiri dibuka setiap hari mulai pukul 07.00 WIB hingga 23.30 WIB dengan tiket masuk Rp5.000/orang. Objek wisata ini hanya ditutup ketika jatuh weton sendang yang diperingati dengan acara sedekah desa pada Jumat Pahing. Di atas pukul 17.00 WIB hingga 23.00 WIB pengunjung tidak harus membayar tiket masuk, namun tidak bisa menikmati kolam renang, hanya restoran yang buka.

Kepala Desa Jatibatur, Sutardi, menjelaskan keberadaan Sendang Kun Gerit bisa memberi dampak ekonomi bagi warga sekitar. Ke depan, kemiskinan di desa ini bisa tuntas.

Membangun objek wisata Sendang Kun Gerit menjadi salah satu hal yang patut dibanggakan oleh masyarakat setempat. Hal ini merupakan salah satu cara dalam memberdayakan masyarakat dengan tujuan mengentaskan kemiskinan.

Lahan pertanian yang bisa dikatakan kurang produktif menjadi salah satu alasan banyaknya warga sekitar memutuskan untuk merantau. Kondisi geografis serta tingginya angka urbanisasi juga membuat desa tidak memiliki pendapatan asli desa yang bernilai. Namun, kini warga ingin mengubah desa dengan bergotong royong mewujudkan desa wisata.

Dengan adanya Sendang Kun Gerit ini, Sutardi menguraikan sedikit demi sedikit lingkungan perekonomian masyarakat mulai meningkat, salah satunya dengan cara berjualan di sekitar objek wisata. “Sebelum ada Sendang Kun Gerit ini, lahan ini enggak laku dijual, enggak bisa ditanami, tanahnya campur kerikil,” tambah Sutardi.

Ia menguraikan pembangunan awal Sendang Kun Gerit ini banyak mendapat dukungan dari investor di Kecamatan Gemolong. Investor ini merupakan warga sekitar saja. Mereka berinvestasi mulai dari nominal Rp250.000/orang, hingga akhirnya terkumpul Rp2,25 milliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya