SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

KELANGKAAN SEMEN--Sejumlah pekerja beristirahat di gudang semen kawasan Purwosari, Solo, Rabu (7/9/2011). Sebelum kelangkaan terjadi sejak dua bulan terakhir, gudang tersebut rata-rata diisi 1.200 ton atau 30.000 sak semen, namun saat ini hanya diisi kurang dari 100 sak semen. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Solo (Solopos.com)–Semen langka di sejumlah wilayah di Kota Solo dan kawasan di sekitarnya. Kalaupun ada, harga jual semen naik Rp 15.000/sak menjadi kisaran Rp 57.000/ sak.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Pemilik Toko Bangunan (TB) Sri Wahyu, Misran, mengatakan dia tidak mendapatkan kiriman semen sejak menjelang Lebaran. Saat ini, dia sama sekali tidak memiliki stok semen. Padahal, di hari biasa, dalam dua pekan dia bisa menjual sampai 200 sak semen.

“Sekarang dua pekan hanya dikirimi 25 sak, jelas tidak cukup. Banyak pelanggan saya yang akhirnya kecewa karena tidak ada semen,” jelas Misran, saat ditemui Espos, di tokonya, Rabu (7/9/2011).

Dia melanjutkan, gara-gara tak mendapat kiriman semen dari distributor, dia mencoba membeli semen pada toko bangunan lain. Misran bisa mendapatkan beberapa sak semen, namun untuk tiap sak dia harus membayar lebih Rp 1.000/sak.

Selain di Solo, dia mengaku juga telah mencoba mencari semen di kabupaten sekitar Solo, seperti Boyolali, Sukoharjo, dan Karanganyar. Tetapi, Misran kembali dengan tangan hampa.

Hilangnya semen dari pasaran, diakuinya berimbas pada anjloknya penjualan bahan bangunan lain, seperti pasir, kerikil, dan batu bata.

“Semen itu wajib ada. Kalau tidak ada semen, walaupun ada bata, ada kerikil, sama saja. Orang tidak bisa mbangun. Maka, sekarang ini penjualan semua bahan bangunan juga turun,” tandasnya.

Hal sama diakui pemilik TB Laksana, Yuni. Dia mengatakan pascalebaran dia baru mendapat kiriman 100 sak semen. Padahal, pada kondisi normal, dia membutuhkan lebih dari 200 sak semen.

Demi memenuhi permintaan pelanggan, Yuni terpaksa membeli semen di toko lain dengan harga lebih tinggi. Satu sak semen kini dijualnya seharga Rp 56.000. Padahal di hari biasa, semen hanya di jual Rp 43.000-an/sak.

“Di toko lain ada yang jual Rp 57.000/sak. Mau bagaimana lagi, konsumen butuh untuk meneruskan bangunan. Kalau tidak ada semen malah rugi besar.”

Menurut Yuni, kelangkaan semen terjadi sejak distributor mengurangi kiriman semen. Biasanya, kiriman dari distributor selalu datang kapanpun dia memesan.

Kini, untuk setiap pemesanan dia harus menunggu sampai waktu yang tidak bisa dipastikan. Yuni berharap pihak distributor segera membenahi distribusi semen sehingga konsumen tidak harus kesulitan mencari semen.

Dirugikan
Sementara itu, warga Gentan, Sukoharjo, Niken Satyawati, mengaku sangat dirugikan dengan kelangkaan semen. Pasalnya, saat ini proses pembangunan rumahnya sudah berjalan.

Gara-gara semen langka, dia pun terpaksa menghentikan sementara proses pembangunan. Niken menyatakan telah mencari semen ke sejumlah toko bangunan di Soloraya, terutama di kawasan Gentan Sukoharjo, Laweyan Solo dan Boyolali. Namun, hasilnya nihil.

“Hari ini (kemarin-red) saya juga sudah mencoba telepon ke beberapa toko. Tapi sama saja seperti kemarin, semua habis. Ada yang bilang datang 200 sak, tapi langsung habis dibeli. Itupun satu sak harganya Rp 55.000, padahal biasanya hanya Rp 40.000/sak,” keluh Niken.

(tsa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya