SOLOPOS.COM - Ilustrasi (muhammadiyah.or.id)

Ilustrasi (muhammadiyah.or.id)

SUKOHARJO— Kepala Bidang Kemahasiswaan Sekolah Vokasi UMS, Suranto, mengatakan animo masyarakat terhadap kelas pertama sekolah vokasi yang baru dibuka tahun ini cukup bagus. Kuota yang ditetapkan UMS 30 siswa per jurusan dapat dipenuhi. Jumlah tersebut akan dibagi dalam dua kelas masing-masing 15 siswa/kelas.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Biaya yang harus dikeluarkan siswa sekolah vokasi Rp5 juta-Rp 8,5 juta selama setahun. Total biaya tersebut dapat diangsur selama tiga kali sebesar 40 %, 30% dan 30%. Mahasiswa akan masuk kelas pada 10 September mendatang. Sebelum memulai masa perkuliahan mereka akan mendapatkan pelatihan achievement motivation training (AMT) di Pondok Sobron, Makamhaji selama sepekan. Setelah itu mereka juga akan mendapatkan bimbingan mental, fisik dan spiritual di Markas Brigif VI Kostrad, Palur, Mojolaban, Sukoharjo selama dua pekan.

Sementara Direktur Sekolah Vokasi, Supriyono, menjelaskan saat ini jurusan yang disediakan di sekolah vokasi adalah jurusan alat berat dan manufaktur. Hal itu disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja oleh perusahaan yang bekerja sama. Perusahaan yang bekerja sama dengan sekolah vokasi UMS di antaranya United Tractors (UT), UT School, Sapta Indra Sejati, dan PAMA Persada Nusantara, Workshop Manufactur, Untag Surabaya, EPSON Malaysia dan BLKI Solo. “Untuk jurusan otomotif sementara masih otomotif alat berat atau mekanik,” kata Supriyono.

Langkah UMS ini sesuai dengan rencana pemerintah yang akan mendirikan sekolah vokasi di 20 kota besar di Indonesia. Pemerintah bahkan menggelontorkan dana Rp40 miliar-Rp50 miliar per satu sekolah vokasi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK).

Lebih lanjut Supriyono menambahkan sekolah vokasi juga dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia. “Ada wacana setiap sekolah vokasi akan mengeluarkan sertifikat kompetensi. Sertifikat tersebut nantinya akan diakui di beberapa negara yang bekerja sama dengan sekolah tersebut. Nantinya, daya saing Indonesia bisa menembus negara-negara lain juga,” imbuh Supriyono.

Kendala yang dihadapi sekolah vokasi nantinya adalah pengadaan peralatan yang sangat mahal. Oleh karena itu sekolah vokasi harus mampu membangun kemitraan dengan perusahaan yang bertindak sebagai user. “Saya bermimpi ada training center di universitas-universitas. Jadi perusahaan tidak usah repot-repot melatih mereka, universitas sudah mencetak tenaga siap kerja,” kata Supriyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya