SOLOPOS.COM - Sejumlah seniman menyelesaikan pembuatan bola dunia (globe) taktual untuk tuna netra di rumah produksi Niaga Teknik di Jl. Sugeng Jeroni, Yogyakarta, Kamis (26/12/2013). Bola dunia taktual bertekstur dan dilengkapi dengan indeks berhuruf braile tersebut diciptakan untuk mempermudah proses belajar mengajar bagi siswa sekolah luar biasa dan sekolah yang memiliki siswa tunanetra. Globe tersebut diciptakan dari hasil kerjasama Pusat Sumber Pendidikan Inklusif Provinsi DIY dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) dan sejumlah seniman di Yogykarta. (Harian Jogja-Desi Suryanto)

Sekolah Jogja untuk pendidikan inklusi memiliki banyak peminat.

Harianjogja.com, JOGJA – Pasca-deklarasi pendidikan inklusi digagas Gubernur DIY akhir tahun 2014 lalu minat sekolah menyelenggaran pendidikan inklusi bertambah. Kondisi ini mengundang harapan sebanyak 1.800 anak berkebutuhan khusus di kabupaten dan kota di DIY akan terus tertangani lebih baik.

Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya

Kepala Bidang Pendidikan Luar Biasa dan Pendidikan Dasar (PLB-Dikdas) Disdikpora DIY, Didik Wardaya, mengatakan bertambahnya minat sekolah menyelenggarakan pendidikan inklusi makin kecil ada lagi sekolah reguler yang menolak calon siswa berkebutuhan khusus.

“Makin banyak sekolah reguler menyelenggaran sekolah inklusi ini karena memang banyak keuntungan pembelajaran yang didapat dengan menerima siswa berkebutuhan khusus ini,” katanya kepada Harianjogja.com, Selasa (31/3/2015).

Ia mencontohkan seperti Kabupaten Gunungkidul kini sudah ada 239 sekolah negeri maupun swasta dari tingkat dasar hingga SMA, SMK, dan sederajat mengajukan penyelenggaraan sekolah inklusi. Peningkatan juga terlihat di Kabupaten Bantul ada 17 sekolah, Kulonprogo 19 sekolah dan 19 sekolah di Kota Yogya.

“Demikian pula kabupaten Sleman setiap tahun juga bertambah,” ujarnya.

Menurutnya, lambat laun sekolah reguler mulai merasakan adanya keuntungan berani menerima siswa berkebutuhan khusus. Selain memang amanat pemerintah, peserta didik berkesempatan belajar banyak dengan interaksi sosial dengan anak berkebutuhan khusus. Ada nilai-nilai lebih didapatkan pihak sekolah inklusif dibanding sekolah yang masih tertutup dengan anak berkebutuhan khusus, dimana peserta didiknya bisa lebih terampil dalam interaksi dan sosialisasi, belajar keberagaman, tolong menolong dan saling menghargai dalam suasana belajar di sekolah.

Didik menambahkan, anak juga mendapatkan kesempatan untuk implementasi kesetaraan hak dengan siswa inklusi. “Tenaga didiknya pun juga mendapat tantangan baru metode pembelajaran yang lebih kaya,” imbuhnya.

Didik menambahkan, perhatian pemerintah bagi sekolah yang menerima siswa inklusi akan terus diberikan dalam memberian anggaran rehap pembangunan fisik. Pasalnya, sekolah inklusi juga harus didorong untuk merubah design sarana prasana fisik yang ada seperti menyediakan jalan, kamar mandi dan saran penunjang yang lain. Didik mengakui, bertambahnya minat sekolah reguler menjadi sekolah inklusi perlu direspon dengan peningkatan kemampuan guru kelas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya