SOLOPOS.COM - 40 calon dai mengikuti Studium General di Aula Kampus Staiyo, Wonosari, Kamis (12/3/2015) (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Sekolah Jogja, setidaknya 40 orang dididik selama tiga tahun sebagai Dai.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Sejumlah 40 calon dai mengikuti studium general dalam peluncuran Sekolah Dai Dompet Dhuafa Jogja di Kampus Staiyo, Wonosari, Kamis (12/3/2015).

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Bilal Imam Syah Majaiz dari Divisi Soc-Dev Dompet Dhuafa Jogja mengungkapkan program sekolah dai tersebut rencananya berlangsung selama tiga tahun dengan tiga mustawa (tingkatan). Tingkat pertama yakni classical learning, level kedua yakni on the job learning, dan level ketiga yakni empowerment dai preneur.

“Hasil yang kami inginkan dari program ini yakni hadirnya sosok dai yang unggul, peduli, dan mandiri,”ujar dia di Kampus Staiyo, Wonosari, Kamis (12/3/2015).

Menurut dia, program tersebut merupakan kontribusi Dompet Duafa Jogja di bidang dakwah. Program sekolah dai diharapkan mampu mendukung tumbuhnya sumber daya dai yang mampu memberdayakan masyarakat. Tujuan dari sekolah dai tersebut yakni untuk mengembangkan kompetensi pengelolaan dakwah.

“Program ini hasil kerjasama dengan Staiyo dan Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga,” imbuh dia.

Mewakili Bupati Gunungkidul, Kabag Administrasi Kesejahteraan Rakyat Bambang Sukemi mengungkapkan, perkembangan wiasata perlu diwaspadai. Menurut dia, jika tidak siap, maka akan membawa dampak negatif.

“Untuk itu perlu tingkat keimanan dan ketaqwaan yang tinggi,” ujar dia.

Ia berharap, para dai mampu mendukung mewujudkan masyarakat yang makmur, sejahtera, dan beradab. Peran dai sangat penting untuk dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.

“Namun, kemampuan daerah untuk mendanai memang masih terbatas sehingga porsi yang diberikan relatif kecil,” ungkap dia.

Ketua IKADI DIY Tulus Mustofa yang menjadi pembicara mengungkapkan, seorang dai harus bangga dengan profesinya. Namun, ia mengakui jika kekuatan dahwah masih lemah karena masih banyak kriminalitas dan perceraian.

“Untuk itu butuh dai yang bagus. Mengkader dai itu sulit. Dai yang lemah ilmu, lemah materi, dan lemah cara komunikasi membuat dakwah menjadi lemah,” ungkap dia.

Selain diisi oleh Tulus Mustofa, materi juga diberikan oleh Owner Pamella Swalayan Jogja Noor Lisnaini. Ada pun materi yang disampaikan mengenai dai yang harus bisa menjadi entrepeneur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya