SOLOPOS.COM - Ilustrasi wayang. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Dari seluruh ragam wayang yang ada di Indonesia, terdapat salah satu jenis wayang yang paling populer di tengah masyarakat. Namanya wayang purwa atau wayang kulit yang sekaligus menjadi wayang tertua di Indonesia.

Lantas, bagaimana sejarah keberadaan wayang purwa yang ada di Indonesia? Menurut Pandam Guritno dalam karyanya yang diberi jurul Wayang, jenis wayang purwa ditengarai sebagai yang paling populer karena konon hal ini tak lepas dari dukungan masyarakat Jawa yang menjadi etnis paling besar di Indonesia.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Sebagaimana dilansir dari Indonesia.go.id, Rabu (26/7/2023), hal tersebut terbukti meskipun Indonesia memiliki banyak sekali jenis wayang, namun ketika mendengar kata “wayang”, orang akan selalu merujuk kepada jenis wayang purwa.

Sejarah panjang pun mengiringi keberadaan jenis wayang satu ini. Ditengok dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), diceritakan bahwa dahulu wayang purwa untuk kali pertama diciptakan oleh Prabu Jayabaya pada masa kejayaan kerajaan Hindu-Buddha.

Kala itu, Prabu Jayabaya membuat wayang purwa karena rasa minatnya pada kisah nenek moyangnya yang tertuang dalam serat Pustakawaja Purwa. Ia lantas melihat Candi Penataran di Blitar dan memandangi arca para dewa serta ukiran relief yang ada di sekeliling candi.

Prabu Jayabaya kemudian mencoba meniru bentuk yang Ia lihat dengan menggambarnya di atas daun tal. Sesudahnya, gambar-gambar itu dibentangkan dengan tali dan dimasukkan ke dalam sebuah peti kecil.

Selang waktu berlalu, Prabu Jayabaya yang tengah berulang tahun kembali menengok gambar di atas daun tal yang pernah dibuatnya. Terbesit pikiran bahwa gambar tersebut terlampau kecil untuk dipertunjukkan, Ia pun memberikan arahan agar gambar tersebut digambar ulang di atas kulit lembu yang telah diolah.

Gambar yang sudah jadi kemudian dipahat dan diberi pegangan dari gagang yang terbuat dari bambu. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 50 wayang berhasil dibuat dan diberi nama wayang purwa serta sengkalan.

Sedangkan konsep pertunjukan wayang purwa adalah dengan membentangkan kelir atau kain putih yang disorot dengan cahaya. Berbagai jenis lakon wayang kemudian ditancapkan berjajar di atas kelir secara berhadapan.

Adapun seseorang yang memainkan wayang disebut dengan dalang. Seorang dalang akan membawakan cerita dari setiap lakon yang telah dibuat.

Dahulu, bentuk wayang masih sederhana. Tangan dan badannya masih saling menempel. Seiring berjalannya waktu, bentuk wayang purwa kini lebih dinamis sehingga dapat dimainkan dan digerakkan dengan cara disabet.

Dilansir oleh iain-tulungagung.ac.id, pada sekitar tahun 1440-an, di masa perkembangan Islam di Jawa, Sri Sultan Alamsyah yang saat itu menjadi raja Demak pertama menyesuaikan bentuk wayang agar sejalan dengan syariat Islam.

Selain bentuknya, alur ceritanya pun disusun sedemikian rupa. Di masa itu, wayang kemudian menjadi media dakwah yang dilakukan oleh Wali Sanga.

Berkat kesenian yang satu ini, Indonesia telah melahirkan banyak maestro dalang seperti Ki Nartosabdo, Ki Anom Suroto, Ki Manteb Soedharsono, dan masih banyak lagi. Merekalah yang berperan besar dalam memperkenalkan dan melestarikan kesenian wayang hingga dapat dikenal oleh dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya