SOLOPOS.COM - Warga melihat kapal kayu yang ditumpangi imigran Rohingya hingga terdampar di pesisir pantai Lamreh, Aceh Besar, Aceh, Minggu (10/12/2023). Kapal kayu dengan tulisan lambung F.B Nazma F.3671 itu membawa 137 orang imigran ilegal terdiri dari anak-anak, perempuan dan laki-laki dewasa yang kini masih menjalani pemeriksaan dari lembaga otoriotas setempat. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/nym.

Solopos.com, RAKHINE — Kedatangan ribuan pengungsi Rohingya di Aceh menjadi perdebatan publik hingga menimbulkan gejolak di media sosial. 

Setidaknya menurut United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), ada lebih dari 1.200 pengungsi rohingya telah memasuki perairan Aceh sejak November 2023. 

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Dilansir Bisnis.com, pada Minggu (10/12/2023), dua perahu mendarat di Kabupaten Pidie dan Aceh Besar, di mana setiap perahu membawa sekitar 200 orang Rohingya. 

Kehadiran pengungsi Rohingya yang semakin lama semakin meningkat ini pun menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat Aceh. 

Tak sedikit pula yang bertanya-tanya asal-usul sejarah dan konflik yang menyebabkan Rohingya melakukan perjalanan ke negara-negara lain untuk mengungsi. 

Asal-usul Rohingya Etnis Rohingya adalah penduduk minoritas beragama Islam yang bertempat tinggal di daerah Myanmar. 

Mereka menempati Provinsi Arakan di sisi sebelah barat laut Myanmar. Daerah ini berbatasan dengan Bangladesh dan sekarang dikenal dengan Provinsi Rakhine atau Rakhaing. 

Kata ‘Rohingya’ berasal dari nama kuno ‘Rohan’ atau ‘Rohang’, yang merujuk pada daerah Arakan pada masa lalu. 

Sejarah mereka terkait erat dengan perkembangan sejarah Kerajaan Arakan (Arakan Kingdom) yang mencakup bagian dari wilayah yang kini merupakan Bangladesh. 

Sehingga menilik sejarahnya, Rohingya merupakan keturunan campuran (Arab, Moor, Turki, Persia, Mogul dan Pathan), Bengali lokal dan Rakhine. 

Sejarah awal konflik Rohingya Mengutip repository.umy.ac.id, pada masa kepemimpinan Jenderal Aung San setelah kemerdekaan Myanmar, etnis Rohingya masih diakui keberadaannya dalam pemerintahan. 

Namun pada tahun 1962, Jenderal Ne Win berhasil melakukan kudeta dan menyebabkan sistem politik Myanmar berubah menjadi lebih otoriter. 

Pemerintah Myanmar tak mengakui kewarganegaraan etnis Rohingya karena menganggap kelompok Muslim ini bukan merupakan kelompok etnis yang sudah ada di Myanmar sebelum kemerdekaan Myanmar pada 1948. 

Hal ini disampaikan oleh Presiden Myanmar Thein Sein pada 2012, dimana Myanmar tidak mungkin memberikan kewarganegaraan kepada kelompok Rohingya yang dianggap imigran gelap dan pelintas batas dari Bangladesh. 

Rohingya Tak Diakui pemerintah Myanmar 

Menilik dari UU Kewarganegaraan 1982 diberlakukan di Myanmar, etnis yang diakui sebagai warga negara adalah etnis yang telah lama berada di Myanmar sebelum pendudukan kolonial Inggris pada 1824.

Tercatat ada 135 etnis, sayangnya Rohingya etnis Bengali tidak termasuk didalamnya. Konflik lain yang menyebabkan tergusurnya etnis Rohingya dari Myanmar yakni karena adanya kecemburuan dari etnis Rakhine terhadap etnis Rohingya. 

Hal tersebut dikarenakan populasi etnis Muslim Rohingya dalam beberapa tahun terus meningkat. Bagi mereka, keberadaan etnis Rohingya dianggap sebagai sesuatu yang terus mengganggu. 

Rohingya yang berada di wilayah Arakan, membuat etnis Rakhine semakin terancam. Hingga muncullah tindakan diskriminatif seperti penjarahan, pemusnahan tempat tinggal, pembakaran masjid dan pemerkosaan. 

Perpecahan pun muncul menyebabkan konflik antara Rohingya dan Rakhine semakin besar. Di saat yang sama etnis Rakhine masih dilindungi oleh pemerintah. 

Perampasan wilayah Rohingya oleh pemerintah Kemudian hal ini berlanjut pada 2000-an, di mana pemerintah Junta Militer Myanmar semakin gencar melakukan Burmanisasi dengan menerapkan program model village. 

Yakni suatu perumahan yang dibangun khusus untuk orang-orang beragama Buddha seperti Buddha Rakhine dan orang Buddha lainnya yang sebagian besar berasal dari etnis Burma. 

Pada akhirnya, pemerintah Myanmar justru menyita tanah warga Rohingya secara paksa untuk membangun model village tersebut. 

Konflik Rohingya pun akhirnya membesar dan melebar hingga menjadi isu internasional setelah media luar mulai memberitakan masalah ini di 2012. 



Pada Juli 2012, konflik memuncak ditandani dengan adanya pembakaran besar-besaran terhadap perumahan yang dihuni oleh etnis Rohingnya.

 

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Sejarah Awal Konflik Rohingya hingga Pengusiran dari Pemerintah Myanmar”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya