SOLOPOS.COM - Menkopolhukam Mahfud Md. di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (11/9/2023). (ANTARA/Rangga Pandu Asmara Jingga)

Solopos.com, BATAM — Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud Md. mengingatkan aparat keamanan berhati-hati dalam menangani masalah pengosongan lahan di Pulau Rempang, Kepulauan Riau.

Pasalnya, ada provokator yang mempunyai kepentingan tertentu untuk membuat rusuh di kawasan tersebut.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Menkopolhukam meminta aparat keamanan secara arif menyosialisasikan sudah ada kesepakatan bahwa pemerintah akan membangun rumah bagi masyarakat setempat.

“Saya berharap kepada aparat penegak hukum di daerah, aparat keamanan supaya berhati-hati menangani ini,” ujar Mahfud kepada wartawan di Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Senin (11/9/2023).

Mahfud menjelaskan persoalan hukum di Rempang sudah selesai.

Menurut dia, pada tahun 2001 dan 2002 diputuskan pengembangan wisata di pulau-pulau yang terlepas dari pulau induknya, salah satunya Pulau Rempang.

Pada tahun 2004 dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara BP Batam atau Pemda untuk pengembangan kawasan wisata di pulau-pulau tersebut.

Sebelum pengembangan, kata Mahfud, Pemda sudah mengeluarkan lagi izin-izin kepada pihak lain.

“Ketika akan masuk, di situ sudah ada kegiatan, sudah ada penghuni lama dan seterusnya sehingga diselesaikan. Izin-izin baru yang dikeluarkan sesudah MoU itu dibatalkan semua oleh Menteri LHK,” jelasnya seperti dikutip Solopos.com dari Antara.

“Nah, di situ terjadi perintah pengosongan karena pada tahun ini akan masuk kegiatan-kegiatan yang sudah diteken pada tahun 2004 sesuai dengan kebijakan tahun 2001, dan 2002.”

Selanjutnya, kata dia, pada 6 September 2023 sudah dilakukan musyawarah antara Pemda, pengembang, DPRD, dan masyarakat yang menghasilkan kesepakatan relokasi terhadap 1.200 kepala keluarga.

Setiap kepala keluarga diberi tanah 500 meter persegi dan dibangunkan rumah dengan tipe 45 senilai Rp120 juta.

Masyarakat juga diberi uang tunggu sebelum relokasi, masing-masing senilai Rp1.034.000,00, serta diberi uang sewa rumah Rp1 juta sambil menunggu pembangunan rumah di lahan relokasi.

“Nah semuanya sudah disepakati, rakyatnya sudah setuju dalam pertemuan pada tanggal 6 September. Itu rakyatnya yang hadir sekitar 80 persen sudah setuju semua. Nah, itu yang kemudian belum terinformasikan sehingga orang-orang (terjadi bentrokan), ya, ada provokatornya juga, buktinya delapan orang ditangkap,” katanya.

Dengan demikian, kata dia, yang masuk dalam MoU itu 17.500 hektare, yang dipakai investasi itu untuk pengembangan usaha sebesar 2.000 hektare, dan 1.200 KK diberi tadi ganti rugi, relokasi, dan sebagainya.

“Bahwa ada yang keberatan, tidak setuju atau apa, ada yang memprovokasi atau apa, itu iya,” imbuhnya.

Ia mengatakan orang-orang yang memprovokasi masyarakat di sana diduga tidak memiliki kepentingan terkait dengan relokasi.

Oleh sebab itu, dia meminta aparat berhati-hati dalam menangani masalah Rempang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya