SOLOPOS.COM - Helikopter tempur jenis Bell yang dilengkapi dua senjata mini terbang rendah di dekat tower Bandara Kasiguncu, Poso Pesisir, Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (29/3/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Zainuddin M.N.)

Santoso tewas dalam baku tembak dengan Tim Alfa 92 yang tergabung dalam Operasi Tinombala.

Solopos.com, JAKARTA — Polda Sulawesi Selatan membeberkan kronologis baku tembak aparat keamanan dengan lima orang kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso, yang menewaskan dua orang dan tiga lainnya berhasil kabur. Belakangan kedua terduga teroris yang tewas dipastikan adalah Santoso dan Muchtar.

Promosi Video Uang Hilang Rp400 Juta, BRI: Uang Diambil Sendiri oleh Nasabah pada 2018

Kapolda Sulsel Rudy Sufahriadi memaparkan, awal mula operasi tersebut adalah ketika Tim Alfa 92 yang terlibat Operasi Tinombala menggelar patroli di Tambarana. Dalam patroli itu, Tim Alfa 92 melihat ada lima orang bersenjata yang diduga masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Mereka berada pada jarak 20-30 meter.

“Ketika mencoba mendekati, terjadi baku tembak. Dan di situlah tertembaknya dua DPO laki-laki, pertama diduga Santoso, karena ada tahi lalat di antara alisnya. Kedua, ternyata setelah ada tim yang penjemput, dibawa ke Poso Pesisir, di bawah, diduga tersangka kedua adalah Basri [belakangan ternyata Muchtar]. Itu baru dugaan,” ujar Rudy di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (19/7/2016).

Rudy menambahkan, proses identifikasi dan analisis terhadap korban baku tembak tersebut masih berlangsung. Dia juga menyampaikan, Basri pernah ditangkap ketika dirinya menjadi Kapolres Poso. Setelah baku tembak, polisi menemukan ada satu pucuk senjata pabrikan dengan jenis M-16.

“Dia ditangkap dalam kasus terorisme, dan sedang jalani hukuman. [saat] Sisa hukuman satu tahun lagi, [Basri] melarikan diri dari LP di Ampana,” kata dia.

Saat ini, lanjutnya, masih tersisa 19 DPO yang ada terkait Santoso dan pihaknya sudah menyiarkan imbauan untuk penyerahan diri terhadap 19 DPO tersebut. Rudy menjamin, apabila 19 DPO itu menyerahkan diri, kepolisian tidak akan melakukan tindak kekerasan.

“Semula kalau Santoso tertangkap, pasti penggantinya Basri. Tapi setelah Basri dan Santoso, kalau ini dua-duanya enggak ada, kami menduga kalau tidak Ali Kalora, ada namanya Barong. Pasti kekuatannya menurun jauh, kan selama ini dia yang paling senior,” ungkapnya.

Basri sendiri masih kabur bersama dua perempuan, yakni istrinya dan istri Santoso. Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga meminta Basri maupun Ali Kalora dan anggota lainnya, segera turun gunung untuk menyerahkan diri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya