SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Purworejo (Espos)–Petani dari Desa Grantung, Kecamatan Bayan serta Desa Candisari dan Kelurahan Kledungkradenan, Kecamatan Banyuurip, menggali aspal perempatan Jalan Monumen A Yani, Purworejo, Minggu (17/10). Aksi para petani merupakan bentuk protes pada pemerintah atas kerusakan irigasi yang melewati perempatan A Yani yang telah berlangsung lebih dari setahun terakhir.

Para petani menggali aspal untuk menjebol gorong-gorong yang berada tepat di bawah perempatan. Aksi protes itu terjadi saat lalu lintas ramai. Perempatan A Yani merupakan salah satu titik keramaian di Purworejo. Simpang itu menghubungkan pengendara dari arah Jogja, Kota Purworejo dan Kebumen.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Koordinator aksi, Heri Pranoto, menuturkan penggalian aspal simpang empat A Yani adalah bentuk kekesalan para petani terhadap pemerintah atas kerusakan saluran irigasi yang mengairi Desa Grantung, Candisari dan Kelurahan Kledungkradenan. Menurutnya saluran irigasi yang melewati simpang itu telah rusak sejak setahun silam. Akan tetapi, hingga kini kerusakan itu tidak diperbaiki oleh pemerintah.

“Gorong-gorong yang berada tepat di bawah perempatan ambrol dan masuk ke saluran air sehingga airnya tidak lancar. Jika dilihat dari luar memang tidak rusak, tapi sebenarnya saluran irigasi di dalamnya tertutup,” ujarnya.

Kerusakan itu sangat merepotkan para petani. Pasalnya, air yang melewati saluran itu meliputi 93,5 hektare areal persawahan di tiga desa. Saluran itu bersumber dari saluran irigasi primer Kedungputri. Heri menambahkan para petani sudah melaporkan kerusakan itu ke pemerintah. Namun, tindakan yang dilakukan pemerintah tidak sesuai harapan petani. “Kami terpaksa menjebolnya dengan linggis untuk mencari sumber kerusakan yang menyebabkan air mampet,” paparnya.

Petani lain, Sarkun mengatakan saat irigasi masih normal, dalam satu tahun petani dapat menanam padi hingga tiga kali. Namun, mampatnya irigasi Kedungputri menyebabkan petani bergantung sepenuhnya pada hujan. Sedikitnya 150 petani di tiga desa menderita kerugian akibat kerusakan itu.

“Jika tidak ada hujan, kami tidak bisa menanam padi. Ini urusan hidup sehingga kami terpaksa menjebol jalan. Yang penting kami sudah melaporkan kerusakan sebelum mengambil tindakan ini,” katanya.

Mantri pengairan Kecamatan Bayan Ngadri mengatakan panjang gorong-gorong saluran irigasi itu sekitar 60 meter. Kerusakan berada pada titik 30 meter dari ujung timur. Lebar saluran sekitar 80 centimeter dengan dalam dua meter. Pihaknya mengaku hanya dapat meneruskan laporan petani karena perbaikan gorong-gorong bukan merupakan kewenangannya.

Terpisah, Kepala Dinas Pengairan Purworejo, Susanto, menyatakan sudah melaporkan kerusakan itu ke Bina Marga Provinsi Jawa Tengah. Menurut rencana Dinas Pengairan bersama Bina Marga akan membahas masalah itu pada Senin ini. “Besok kami akan melakukan koordinasi perbaikan gorong-gorong yang rusak. Kerusakan sudah kami laporkan,” ujarnya.

JIBI/Harian Jogja/dic

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya