SOLOPOS.COM - Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Solo.(Espos/Sunaryo Haryo Bayu)

Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Solo.(Espos/Sunaryo Haryo Bayu)

SOLO--Penghuni Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Solo mengeluhkan kumuhnya kondisi di dalam kamar tahanan. Atas keadaan tersebut, tidak sedikit penghuni Rutan menderita penyakit gatal-gatal pada kulit di bagian tubuhnya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dari pantauan Solopos.com saat dilaksanakan razia Kamis (8/3/2012) sore, bau pengap terasa di sekitar kamar narapidana maupun kamar tahanan di blok A, blok B dan blok C. Tidak hanya itu, sebagian penghuni Rutan terjangkit penyakit gatal-gatal di sebagian tubuhnya. Hal itu terlihat dari bintik-bintik merah di tangan dan kaki yang menimpa warga binaan. Salah satu penghuni Rutan blok D, Doni Kristyawan, 27, mengeluhkan penyakit gatal pada kakinya. “Kondisi di sini memang kumuh. Saya mungkin tertular penyakit gatal oleh penghuni lain,” keluh Doni kepada wartawan, di Rutan, Kamis.

Keluhan senada diutarakan Sri Mulyanto alias Ngung, 26. Warga Dadapan RT 004/RW 012, Sangkrah, Pasar Kliwon yang baru keluar Rutan Minggu (4/3/2012) lalu mengeluhkan penyakit kulit yang dideritanya. “Sebelumnya saya tidak pernah menderita penyakit gatal seperti ini. Saat digaruk, keesokan harinya rasa gatal merembet ke bagian tubuh lain. Mas bisa lihat sendiri luka koreng di tangan saya,” tutur Sri Mulyanto sembari menunjukkan bintik merah kepada Solpos.com, dalam pemeriksaan di Mapolsek Banjarsari, Jumat (9/3/2012) sore.

Kepada Solopos.com, Kepala Keamanan Rutan Kelas I Solo, Oga Darmawan mewakili Kepala Rutan, M Hilal, mengatakan petugas setiap hari sudah membersihkan area ruang tahanan. Dia juga tidak menampik bahwa kapasitas kamar tahanan di Rutan Solo overload.

“Bangunan Rutan Solo merupakan peninggalan zaman Belanda sejak tahun 1811 lalu. Memang sesuai aturan, tidak boleh penghuni Rutan menempati ruang yang sudah melebihi kapasitas. Kadang kami bingung sendiri, karena Rutan seringkali dititipi tahanan dari luar Solo,” papar Oga, Jumat malam.

Oga mengatakan standar kapasitas Rutan Kelas I Solo yakni 400-an orang, namun saat ini Rutan Solo menampung 628 orang baik tahanan titipan maupun narapidana. Kondisi kumuh, menurut Oga, juga didukung karena tidak tersedianya tempat akhir pembuangan sampah. “Memang kami telah menyediakan gerobak sampah, namun untuk pembuangan akhirnya kan tidak ada. Petugas DKP juga tidak pernah menyambangi Rutan untuk mengambil sampah-sampah tersebut,” kata Oga.

Saat disinggung mengenai penyakit gatal-gatal yang diderita penghuni Rutan, Oga menegaskan bisa jadi penyakit itu merupakan bawaan dari warga binaan yang masuk Rutan. “Penghuni Rutan dari berbagai latar belakang. Ada yang gelandangan, pengamen dan lainnya. Namun demikian, kami telah menyiapkan tenaga medis yang selalu mengontrol kesehatan warga binaan,” pungkas Oga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya