SOLOPOS.COM - Kaca jendela Stadion Manahan masih pecah, Kamis (23/10/2014). (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO—Joko Riyanto, suporter Persis Solo, tewas dalam kerusuhan laga Persis Solo Vs Martapura FC, Rabu (22/10/2014).

Kapolresta Solo, Kombes Pol. Iriansyah, saat ditemui wartawan di Mapolresta, Kamis (23/10/2014), menjelaskan alasan Joko diautopsi di RS Bhayangkara agar masyarakat tidak berasumsi negatif.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Menurut dia, setelah dinyatakan meninggal dunia oleh dokter RS Panti Waluyo, Rabu petang, mayat Joko sedianya diautopsi di RSUD dr. Moewardi.

Namun, pihak rumah sakit tidak dapat langsung mengautopsi karena alasan tertentu dan baru dapat melaksanakannya keesokan harinya. Di sisi lain keluarga korban meminta agar Joko segera diautopsi malam itu juga agar dapat dimakamkan keesokan harinya.

“Atas alasan itu kami mencarikan solusi. Saat itu juga kami menghubungi Labfor [Laboratorium Forensik] RS Bhayangkara Semarang. Pihak RS pun langsung menyatakan bisa mengautopsi. Oleh karena itu, dengan persetujuan keluarga akhirnya korban diautopsi di Semarang. Autopsi dimulai pukul 02.00 WIB dan selesai pukul 05.00 WIB. Setelah itu korban kami antarkan ke rumah duka,” imbuh Iriansyah yang juga didampingi Kabagops, Kompol Arief Joko Saptono.

Dia mengklaim upaya untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk di pertandingan Persis melawan Martapura FC sudah dilakukan secara optimal.

Setelah massa bertindak anarkistis petugas memberi tembakkan peringatan ke atas untuk membubarkan mereka. Iriansyah menyatakan petugas pengamanan yang diterjunkan di lokasi tidak dibekali peluru tajam, melainkan hanya peluru karet.

Selain itu, dia juga menegaskan tidak pernah menginstruksikan tembak di tempat.

“Tembakan peringatan hanya kami arahkan ke atas tidak ke sasaran orang. Saya kira itu tidak menjadi masalah karena bagian dari upaya kami untuk mencegah agar kerusuhan tidak meluas. Logikanya kalau petugas pakai peluru tajam dan saya intruksikan tembak di tempat, tentunya korban jiwa akan jatuh lebih banyak. Alhamdulillah waktu itu petugas juga bisa menahan diri. Kalau pun ada petugas yang terluka itu enggak apa-apa, yang penting para pemain, wasit dan lainnya selamat,” ulas Iriansyah.

Dia memerinci setidaknya ada 15 petugas pengamanan yang turut menjadi korban. Mereka sempat dirawat di Poliklinik Bhayangkara Solo dan dua di antara mereka masih diopname.

Keduanya mengalami luka serius di kaki. Selain itu setidaknya ada enam suporter yang mengalami luka. Mereka sempat dirawat di RS Brayat Minulya. Saat ini mereka menjalani rawat jalan.

Disinggung mengenai proses hukum, Iriansyah menyatakan pihaknya masih mendalami kasus tersebut. Pendalaman terutama untuk menelusuri kemungkinan adanya provokator.

Dia menegaskan akan memproses sesuai hukum yang berlaku apabila dapat menangkap provokator.

“Saya kira kerusuhan itu terjadi secara spontan. Massa bertindak anarkistis karena merasa tidak puas dengan kepemimpinan wasit. Tapi, kami tetap akan menelusuri semua kemungkinan. Hukum tetap harus ditegakkan,” tutur Kapolresta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya