SOLOPOS.COM - Sejumlah polisi berjaga di dekat bus pemain Martapura FC yang dirusak suporter seusai pertandingan Persis Solo melawan Martapura FC pada Babak Delapan Divisi Utama Liga Indonesia di Stadion Manahan, Solo, Rabu (22/10/2014). Kerusuhan tersebut dipicu ketidak tegasan kepemimpinan wasit Ahmadi Jafri selama pertandingan. Sementara hasil pertandingan yang berakhir imbang 1-1 tersebut membuat peluang Persis Solo lolos ISL semakin menipis. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO—Korban jiwa kerusuhan suporter sepakbola di Stadion Manahan, Solo Rabu (22/10) lalu saat laga Persis Solo vs Martapura FC bertambah satu orang. Sebelumnya, warga Boyolali tewas dengan lubang di bagian pundak saat rusuh suporter pecah. (Baca Juga: Rusuh Suporter, Warga Boyolali Tewas, Foto Korban Tewas Beredar, Lubang Di Pundak Dalam, Laporan Dinilai Jaggal, Kapolresta Tegaskan Tak Gunakan Peluru Tajam)

Salah satu warga Kranggan Wetan, RT 002/ RW 001, Desa Wirogunan, Kartasura, Harso Martono, 70, mengembuskan napas terakhirnya lantaran shock berat ketika berada di tengah-tengah kerusuhan antara suporter Persis Solo dan Martapura FC.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Harso dinyatakan meninggal dunia pada Kamis (23/10/2014) pagi setelah menjalani perawatan di RS Panti Waluyo.

Kronologi kejadian bermula ketika Harso dan keluarganya menonton pertandingan sepak bola antara Persis Solo melawan Martapura FC di Stadion Manahan, Rabu (22/10).

Ketika kerusuhan suporter pecah, keluarga Harso berusaha menyelematkan diri. Mereka lantas menuju kendaraan pribadinya bersama istri dan kerabatnya yang lain.

Dalam kepanikan itu, tanpa disangka, kendaraan pribadinya kena hantaman batu cukup keras. Mereka ketakutan dan shock berat di dalam mobil.

“Istri Pak Harso bahkan langsung pingsan. Mereka bisa lolos dari kerumunan massa, namun Pak Harso langsung menjalani perawatan di Panti Waluyo karena penyakit jantungnya kambuh,” kata Bayan Desa Wirogunan, Sudalmanto saat dihubungi Solopos.com, Kamis (23/10).

Menurut Sudalmanto, penyakit jantung Harso kambuh lagi karena kaget menyaksikan kerusuhan dan dia sendiri berada di lokasi kejadian.

Apalagi, saat kejadian itu, mobil yang mereka tumpangi kena hantaman benda keras hingga membuat istrinya pingsan seketika.

“Saat dilarikan ke Panti Waluyo, kata dokter kondisinya masih baik-baik. Tapi, begitu dibawa pulang, paginya sekitar pukul 06.00 WIB dinyatakan meninggal dunia,” kata Maryono, Kepala Desa Wirogunan.

Maryono tak menampik kematian Harso juga karena pengaruh usia korban yang memang sudah tua. Meski demikian, shock yang ia alami dalam peristiwa kerusuhan sepakbola di Manahan juga berperan sebagai faktor pemicu kematiannya.

“Usianya memang sudah tua. Namun,shock berat juga membuat penyakit jantungnya kambuh dan berujung kematian,” tambahnya.

Korban disemayamkan Kamis (23/10) sore di tempat pemakaman setempat.

Aparatur Desa dan perangkat menyampaikan rasa belasungkawa yang sebesar-besarnya atas insiden tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya