SOLOPOS.COM - Pekerja menyelesaikan pembangunan perumahan di Paulan, Colomadu, Karanganyar, Kamis (15/1/2014). (Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos)

Rumah murah yang menekan angka kekurangan rumah menjadi keniscayaan setelah turunnya suku bunga KPR.

Solopos.com, SOLO — Kalangan pengembang dan perbankan menyambut baik penurunan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) dari 7,25% menjadi 5% mulai Maret 2015. Suku bunga yang menjamin terpenuhinya rumah murah itu diyakini mampu mengurangi backlog atau angka kekurangan rumah.

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

Keyakinan penurunan suku bunga yang diperuntukkan bagi KPR fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) atau rumah bersubsidi itu mampu mengurangi backlog itu diungkapkan pimpinan Cabang Bank Tabungan Negara (BTN) Solo, Teguh Wahyudi. Ia mengaku optimis penyaluran KPR pada tahun ini mampu melebihi target seiring penurunan suku bunga KPR bersubsidi penjamin tersedianya rumah murah.

Namun, ia mengakui saat ini belum ada petunjuk pelaksanaan (juklak) dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Perumahan. “Kami optimistis dengan penurunan suku bunga menjadi 5% ini peminat KPR subsidi akan semakin banyak,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (5/2/2015).

Menurut dia, saat ini 15 pengembang yang menjadi rekanan BTN Solo sudah mulai membidik lokasi baru untuk dijadikan kawasan pembangunan rumah bersubsidi seperti di Boyolali, Wonogiri, dan Sragen. Dia menyampaikan penyaluran KPR subsidi dengan suku bunga 7,25% saat ini cukup banyak diminati masyarakat.

Selama ini realisasi penyaluran KPR subsidi membutuhkan waktu cukup lama. Dia mengatakan bukan karena harus diverifikasi oleh Kemen PU dan Perumahan tapi biasanya berkas yang diajukan oleh debitur kurang lengkap.

Nominal Angsuran
Dia menjelaskan penurunan suku bunga 5% tidak serta-merta menurunkan angsuran. Menurut dia, cicilan rumah bersubsidi kurang lebih sama seperti tahun lalu. Hal ini karena harga rumah bersubsidi saat ini naik menjadi Rp118 juta dari sebelumnya Rp105 juta.

“Harga rumah subsidi naik dan nilai kredit juga naik jadi penurunan suku bunga ini tidak langsung menurunkan angsuran. Tapi penurunan suku bunga ini membuat angsuran rumah subsidi tahun ini kurang lebih sama seperti tahun lalu,” jelasnya.

Ketua Real Estat Indonesia (REI) Soloraya, Anthony Hendra Abadi, mengatakan penurunan suku bunga ini dinilai mampu mengurangi backlog perumahan di Soloraya yang mencapai 150.000 unit. Dia mengatakan pemenuhan 50% dari backlog tersebut sudah termasuk bagus. “Permintaan rumah subsidi besar jadi dengan adanya penurunan suku bunga ini diharapkan bisa mengurangi backlog yang sangat besar,” kata dia.

Laki-laki yang akrab disapa Tony ini mengatakan dari 40 anggota REI Soloraya, sebanyak 20 pengembang membangun rumah murah. Namun diakuinya, rumah murah hanya bisa dibangun di luar Solo. Hal ini karena di Solo sudah tidak ada lagi lahan murah yang bisa digunakan untuk rumah subsidi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya