SOLOPOS.COM - Massa dari Hizbut Tahrir Indonesia menggelar aksi solidaritas untuk muslim Rohingya, di kawasan Gladak, Solo, Minggu (5/8). Mereka berharap ada tindakan nyata dari pemerintah Indonesia dan negara lain yang bertetangga dengan Myanmar seperti Malaysia dan Bangladesh untuk membantu muslim Rohingya. (Foto: JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

ROHINGYA

Massa dari Hizbut Tahrir Indonesia menggelar aksi solidaritas untuk muslim Rohingya, di kawasan Gladak, Solo, Minggu (5/8). Mereka berharap ada tindakan nyata dari pemerintah Indonesia dan negara lain yang bertetangga dengan Myanmar seperti Malaysia dan Bangladesh untuk membantu muslim Rohingya. (Foto: JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

BURMA–PBB menganggap suku Rohingya adalah kelompok minoritas paling menderita di dunia.Laporan dari Burma menyebut sedikitnya 100 rumah milik suku minoritas Rohingya dibakar dalam aksi kekerasan terbaru antara pemeluk Buddha dan warga minoritas muslim, Senin (6/8).

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Sedangkan laporan lain menyebut sejumlah warga muslim Rohingya tewas setelah terjadi serangan di sebelah barat negara bagian Rakhine.Serangan berdarah itu terjadi setelah pemerintah Burma menyatakan kawasan itu sudah relatif terkendali selama beberapa pekan terakhir.Sementara itu, Prancis mendesak Pemerintah Burma untuk melindungi semua kelompok etnis di negeri itu tanpa diskriminasi.

“Prancis menyatakan pentingnya sebuah resolusi untuk membentuk konsesi damai dan mencapai rekonsiliasi nasional di Burma,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Prancis, Vincent Floreani.

Selain itu, Kemenlu Prancis mendesak agar status pengungsi di negara bagian Rakhine segera diperjelas.

“Status mereka harus diperjelas berdasarkan hak memperoleh kewarganegaraan dan hak untuk menikmati status itu dan menghormat serta menghormati hak asasi manusia. Ada kekhawatiran timbul kekerasan yang dilakukan militer terhadap warga sipil. Kami serukan kepada pemimpin Burma untuk melindungi rakyatnya tanpa diskriminasi dan melakukan investigasi,” kata Floreani.

Pertumpahan darah antara warga Negara Bagian Rakhine sejauh ini telah memakan 80 orang korban tewas. Kekerasan pada awalnya dipicu karena tewasnya seorang perempuan yang diduga dilakukan warga muslim.

Aksi kekerasan ini seakan menjadi awan hitam di atas reformasi yang dilakukan Presiden Thein Shein, termasuk ratusan tahanan politik dan terpilihnya Aung San Suu Kyi ke parlemen. Organisasi Human Right Watch menuduh militer Burma terlebih dulu melepas tembakan ke arah orang-orang Rohingya.

Tentara juga diduga melakukan perkosaan terhadap para perempuan Rohingya. Diskrimanasi yang dilkukan terus menerus membuat warga Rohingya tak memiliki kewarganegaraan dan negara. Bahkan PBB menilai Rohingya adalah suku minoritas yang paling menderita di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya