SOLOPOS.COM - Ratusan orang ngalap berkah dengan berebut air bekas penyucian kelambu penutup makam Pangeran Samudro. Tradisi Larap Slambu diselenggarakan setiap tanggal 1 Suro, bertepatan dengan haul Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Desa Pendem, Sumberlawang, Sragen. Foto diambil, Kamis (15/11/2012). (Mahardini/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Banyak cerita berkembang tentang sosok Pangeran Samudro dan ibu tirinya, Ontrowulan, di tengah masyarakat. Bahkan ada cerita yang mengisahkan hubungan cinta terlarang antara Pangeran Samudro dengan ibu tirinya tersebut. Benarkah?

Namun cerita tersebut dibantah Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga (Disparbudpor) Sragen. Cerita tersebut dinilai hasil dari penyimpangan cerita sebenarnya tentang perjalanan hidup Pangeran Samudro.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Penelusuran terhadap versi lain cerita tersebut dari Disparbudpor Sragen, Pangeran Samudro adalah putra dari raja terakhir Kerajaan Majapahit dari istri selir. Dia bersama ibunya diboyong ke Demak Bintoro oleh Sultan Demak kala itu.

Dikisahkan, selama di Demak, Pangeran Samudro mendapat bimbingan ilmu agama dari Sunan Kalijaga. Suatu ketika, Pangeran Samudro diperintahkan berguru kepada Kiai Ageng Gugur di Desa Pandan Gugur di Gunung Lawu.

Selama berguru di Gunung Lawu, Pangeran Samudro ditemani dua abdinya. Saat dalam perjalanan pulang dia terserang penyakit panas (demam) di padang oro-oro. Saat itu dia memutuskan untuk beristirahat di tempat itu.

Dikisahkan, saat itu sakit Pangeran Samudro semakin parah. Saat menjelang ajal (meninggal), dia memerintahkan seorang abdinya untuk menyampaikan kabar kepada Sultan Demak. Tak lama setelah itu dia pun meninggal. Jenazah Pangeran Samudro dimakamkan di lokasi yang berkontur seperti bukit (gunung) tersebut.

Orang-orang yang memiliki lahan di wilayah tersebut bersepakat mendirikan desa baru bernama Dukuh Samudro. Pada awalnya, lokasi Makam Pangeran Samudro sangat sepi karena jarang dijamah manusia. Sebab letak makam di tengah hutan belantara, serta dihuni binatang buas. Tapi lambat laun lokasi tersebut dihuni penduduk.

Konon, di atas bukit tempat makam Pangeran Samudro, selalu muncul kabut hitam menjelang musim penghujan dan kemarau. Karena itulah penduduk setempat menyebut tempat tersebut dengan nama Gunung Kemukus. Kepala Disparbudpor Sragen, Purwadi Joko Haryanto mengatakan banyak cerita Pangeran Samudro yang tidak sesuai dengan kisah sebenarnya. “Cerita yang benar adalah versi Pemkab, versi kami,” tandas dia.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya