SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Jusuf Kalla berfoto bersama BJ Habibie, Iriana Jokowi, Megawati Soekarnoputri, Mufidah Jusuf Kalla, Soesilo Bambang Yudhoyono, dan Ani Yudhoyono, seusai upacara peringatan proklamasi kemerdekaan RI di Istana Negara, Jakarta, Kamis (17/8/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Agus Suparto)

Solopos.com, JAKARTA — Mimpi mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seolah menjadi sinyal “perdamaian” antara Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Sebagai informasi, pada Senin (19/6/2023) kemarin SBY memposting cerita mimpinya naik kereta api KA Gajayana bersama mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi, di akun Twitter-nya.

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

Presiden Jokowi bereaksi terhadap mimpi SBY tersebut. Menurut Jokowi, mimpi SBY merupakan hal bagus karena mantan presiden bersama-sama membangun negara Indonesia.

Jokowi menyatakan mimpi mantan Presiden SBY merupakan mimpi kita semua.

“Ya, bagus. Kalau presiden-presiden, mantan presiden itu bekerja sama, bersama-sama membangun negara ini, ya, itu mimpi kita. Mimpi kita semuanya,” kata Presiden Jokowi seusai meninjau Smelter Freeport Gresik, Jawa Timur, Selasa (20/6/2023).

Ketua DPP PDIP yang anak kandung Megawati menyatakan tidak menutup kemungkinan pertemuan antara SBY dan Megawati benar-benar terwujud.

Puan menjelaskan masih ada peluang dua mantan Presiden Indonesia itu bertemu.

“Tidak ada kata tidak [untuk bertemu]. Semua itu masih ada harapan jadi jangan pernah putus asa,” kata Puan di komplek DPR, Selasa (20/6/2023).

Sebagaimana menjadi rahasia umum, hubungan SBY dan Megawati merenggang setelah ayah dari Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono itu mencalonkan diri sebagai presiden pada 2004 silam.

Dalam Pilpres 2004, SBY yang menggandeng Jusuf Kalla akhirnya mengalahkan Megawati yang maju bareng Ketum PBNU saat itu, mendiang K.H. Hasyim Muzadi.

Sejak itu, Megawati dan SBY nyaris tidak pernah bertemu baik dalam forum resmi kenegaraan maupun acara pribadi hingga SBY lengser pada Oktober 2014 silam.

Berikut dokumentasi Solopos.com tentang awal mula kerenggangan SBY dan Megawati yang terjadi sejak 2003 silam.

– Akhir 2003:

SBY yang kala itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan di Kabinet Megawati Soekarnoputri diisukan bakal maju dalam Pilpres 2004.

SBY sering muncul dalam iklan di televisi untuk sosialisasi Pemilu. KPU akhirnya menghentikan iklan SBY itu karena mendapat protes dari banyak kalangan, khususnya dari PDIP.

– Maret 2004:

SBY merasa dirinya dikucilkan oleh Presiden Megawati karena tidak dilibatkan dalam pembahasan tentang Peraturan Pemerintah terkait Kampanye Pejabat Tinggi Negara.

Istana berkilah saat itu SBY sedang berada di SBY. Perang urat saraf pun terjadi. Ketua MPR yang juga suami Megawati, Taufiq Kiemas menyebut SBY “jenderal kok kayak anak kecil”.

– 9 Maret 2004:

SBY berkirim surat kepada Megawati, isinya konsultasi tentang tugasnya sebagai Menkopolkam.

Surat itu tidak direspons oleh Megawati.

– 11 Maret 2004:

SBY mengirim surat pengunduran dirinya sebagai Menkopolkam kepada Megawati.

– 13 Maret 2004:

Hanya dua hari setelah mundur, SBY langsung berkampanye di Banyuwangi untuk Partai Demokrat.

– 16 September 2004:

Debat capres di televisi swasta. Megawati berpesan pada panitia bahwa tidak ada acara jabat tangan antar sesama capres.

– 20 September 2004:

Pasangan SBY-JK memenangi putaran kedua Pilpres 2004 dengan 60,62 persen suara mengalahkan Mega-Hasyim yang mendapatkan 39,38 persen.

Pilpres 2004 diikuti lima pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, SBY-Jusuf Kalla, serta Hamzah Haz- Agum Gumelar.

– 5 Oktober 2004:

Presiden Megawati saat Hari Jadi Ke-59 TNI meminta semua pihak legawa menerima hasil Pilpres 2004.



Megawati terlihat meneteskan air mata.

– 20 Oktober 2004:

SBY membacakan sumpah presiden. Mega yang diundang menolak datang dengan alasan agar khusyuk mendoakan acara SBY berjalan lancar.

Mega memilih berkebun dan membaca buku di rumahnya di Kebagusan, Jaksel. Di hadapan pendukungnya Megawati menyatakan dirinya bukan kalah dalam pemilu, hanya kurang suara.

Kepada pendukungnya, Megawati menyerukan untuk merebut kembali suara rakyat pada pemilu-pemilu berikutnya.

– Tahun 2005:

Indonesia menjadi tuan rumah Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia Afrika.

Presiden SBY mengirim Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro untuk mengirim undangan kepada Mega karena Purnomo dinilai dekat dengan Mega.

Mega menolak menerima Purnomo. Sejak itu hubungan SBY dan Megawati terus merenggang hingga saat ini.

– 9 Juli 2014:

Joko Widodo-Jusuf Kalla memenangi Pilpres 2014 mengalahkan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa.

Jokowi-JK memperoleh suara sebesar 53,15% sedangkan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendapatkan 46,85%.

PDIP juga kembali menjadi pemenang dalam Pemilu 2014.

– 17 April 2019

Jokowi yang didampingi Ma’ruf Amin kembali menang dalam Pilpres 2019 mengalahkan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno, dengan perolehan suara lebih dari 55 persen.

PDIP juga kembali memenangi Pemilu dengan perolehan suara 19,33 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya