SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ramadan 2016 akan ditentukan awalnya besok, salah satunya dengan pantauan hilal di Assalaam. Namun ada kendala Merapi-Merbabu, apa itu?

Solopos.com, SUKOHARJO — Pondok Pesantren (Ponpes) Assalaam, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, pada Minggu (5/6/2016) berencana memantau hilal guna menentukan awal Ramadan 1437 Hijriyah. Untuk itu pihak Assalaam akan menggunakan lima teleskop.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

“Seperti tahun-tahun sebelumnya kami pada Minggu nanti akan mengadakan rukyat hilal di observatorium. soal persiapan sudah tidak ada masalah lagi karena sudah siap,” ujar Kepala Ovservatorium Ponpes Assalaam, Sugeng Riyadi, ketika ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (4/6/2016).

Menurut dia, setiap bulan pihaknya melaporkan kegiatan observasi ke Islamic Crescent Observation Project (ICOP) yang bermarkas di Amman, Yordania. Karena itu, pihaknya mengklaim menjadi salah satu tempat resmi rukyat hilal di dunia.

Untuk menentukan awal Ramadan, pemerintah Indonesia otomatis melibatkan Assalaam untuk ikut merukyat. Eksistensi Assalaam di kancah nasional di bidang rukyat telah dimulai sejak 2007.

Guna menyukseskan acara tersebut pihaknya pada Minggu sehabis salat Ashar akan menyiapkan semua perangkat yang diperlukan untuk rukyat. Untuk itu pihaknya menggunakan teleskop manual dan digital. “Nanti kami akan menggunakan lima teleskop khususnya teleskop digital. Sebab kita akan mengobservasi bulan sabit yang kemungkinan akan sulit sekali diamati.”

Kesulitan itu dimungkinkan sebab ketinggiannya tidak lebih dari 5 derajat. Di Kota Solo, kata dia, ketinggian bulan hanya sekitar 4,5 derajat. Padahal secara astronomis seluruh dunia bulan hanya bisa dilihat pada kisaran 6,4 derajat.

Itu pun, kata dia, harus dilihat menggunakan teleskop yang kuat. Sedangkan teleskop yang dimiliki Assalaam dinilai sudah memenuhi syarat. Persoalannya, langit di sebelah barat Assalaam yang terhalang dua gunung, yaitu Merapi dan Merbabu, bisa menjadi masalah.

Sebab, ungkap dia, ternyata awan cenderung mendekati gunung sehingga menjadi kendala tersendiri. Selama beberapa tahun belakangan ini, Ramadan selalu berawan meski tipis.

“Tapi secara apa pun pemantauan hilal untuk penentuan Ramadan 2016, itu tidak bisa diobservasi dari Assalaam. Karena ketinggian masih di bawah 5 derajat. Jadi ketika matahari terbenam, tinggi hilal dari ufuk barat sekitar 4,5 derajat. Warna sabit bulan saat itu persis dengan warna langit, sehingga kalau tertutup awan semakin tidak kelihatan.”

Tahun lalu bulan malah terbenam lebih dulu daripada matahari. Sehingga ketika matahari terbenam, bulan lebih rendah atau negatif di bawah ufuk. Kalau matahari terbenam, bulan masih di atas masih ada peluang melihat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya