SOLOPOS.COM - PENGAMANAN -- Petugas keamanan harus bekerja keras mengatur warga yang memadati jalur sepanjang rute kirab. Padatnya penonton membuat iring-iringan kirab harus berjalan pelan dan bahkan berhenti. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

SALAMI WARGA -- GKR Bendara dan KPH Yudanegara membalas sambutan meriah warga dengan melambaikan tangan dari atas kereta Kyai Jongwiyat yang membawa mereka dalam kirab dari Keraton Yogyakarta menuju Kepatihan, Jogja, Selasa (18/10/2011). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Jogja (Solopos.com) – Puluhan ribu warga DIY dan sekitarnya menjadi saksi keagungan pernikahan GKR Bendara dan KPH Yudanegara, Selasa (18/10/2011). Mereka tumpah ruah di jalan raya di sepanjang rute kirab kedua mempelai dari Keraton Yogyakarta hingga kompleks Kepatihan.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Puluhan ribu warga yang datang tak hanya dari penjuru DIY, tapi juga Jawa Tengah dan Jawa Timur itu rela berjalan kaki dan berdesak-desakan untuk melihat kirab di kawasan Malioboro. Hampir tak ada ruang kosong di kawasan Malioboro dan sekitarnya. Setiap titik dipenuhi manusia. Bahkan jalan yang seharusnya untuk lewat kereta juga tertutup lautan warga. Tak hanya itu, semua jalur yang menuju Gedung Agung, Alun-alun Utara dan Malioboro macet total.

Warga tak hanya memadati jalan. Tidak sedikit warga yang harus memanjat tembok, balkon atau pun atap gedung untuk melihat arak-arakan. Bahkan berdasar pantauan Harian Jogja, beberapa warga sudah menginap di sekitar Benteng Vredeburg agar bisa mendapatkan tempat strategis saat melihat kirab.

PADAT -- Puluhan ribu warga memadati wilayah di sepanjang rute kirab pasangan mempelai dari Keraton menuju Kepatihan, Selasa (18/10/2011). Banyak yang terpaksa memanjat bangunan atau tempat-tempat tinggi lainnya agar bisa melihat dengan lebih baik. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Ribuan orang yang terutama terpusat di titik nol Kantor Pos Besar, mulai memadati sejak pukul 13.00 WIB. Arus kedatangan warga ke titik nol terus mengalir hingga pukul 16.00 WIB. Kirab pengantin berangkat dari Keben Kraton, ke utara melewati sisi barat alun-alun, belok kanan melewati Kantor Pos, dan melewati Jalan Malioboro menuju Bangsal Kepatihan.

Sekitar pukul 16.40 WIB warga yang sudah menanti di jalan akhirnya menyaksikan pasangan pengantin tiba. Iring-iringan diawali dengan kemunculan dua pasukan bergodo dan satu kereta pengiring. Warga langsung berteriak-teriak menyambut begitu GKR Bendara dan KPH Yudanegara muncul di Kereta Jongwiyat. Lambaian tangan, bidikan kamera bersambut dengan senyum pasangan itu. Keduanya serasi mengenakan pakaian berwarna merah marun.

Namun sayang, sejumlah warga mengaku sedikit kecewa lantaran kedatangannya ke kawasan titik nol sejak siang tidak dapat melihat jelas pasangan yang ditunggu-tunggunya itu. Saking penuhnya manusia, layar raksasa yang dipasang di sisi timur Monumen Serangan Oemoem Satoe Maret juga tidak berfungsi dengan baik.

Kereta yang membawa pasangan mempelai sempat berhenti sesaat. GKR Bendara dan KPH Yudanegara pun memberikan salam kepada warga DIY. Kirab kereta berjalan cukup pelan. Hal ini dikarenakan warga yang datang meluber hingga di tepi jalan. Akibatnya perjalanan kirab agak terganggu. Sebenarnya, di bagian depan kirab sudah dikawal mobil patroli polisi. Aparat kepolisian, dibantu petugas keamanan juga harus bersusah payah mengatur warga yang terus mendesak maju ke tengah jalan.

Kirab kereta diawali barisan Bregodo Wirobrojo atau yang dikenal dengan prajurit lombok abang. Di belakangnya Bregodo Ketanggung, barulah kereta Kyai Rata Ijem yang membawa utusan Ndalem. Kereta Kyai Jongwiyat yang membawa pengantin berada di urutan kedua. Kereta Kyai Rata Biru di urutan ketiga membawa keluarga pengantin putri. Sedangkan di urutan keempat kereta landauer yang membawa keluarga besan, serta terakhir kereta Permili yang membawa para penari Beksan Bedaya Pengantin. Paling akhir pasukan berkuda yang membawa penari Beksan Lawung Ageng.

Sebelum kirab kereta, GKR Hemas bersama beberapa keluarga menggunakan mobil terlebih dahulu datang ke Kepatihan. Sementara Sri Sultan Hamengku Buwono X berangkat dari Kraton Kilen setelah rombongan pengantin tiba di Bangsal Kepatihan.

Kirab juga dimeriahkan grup kesenian Topeng Ireng asal Boyolali, Jawa Tengah. Di samping itu ada kesenian Likurani yang dimainkan warga Nusa Tenggara Timur yang tinggal di Jogja.

Antusiasme tinggi
Mantenan putri Sultan bagi warga Jogja sangatlah berkesan dan sakral. Inilah yang membuat warga sangat ingin melihat prosesi pernikahan tersebut, meski hanya kirab.

“Saya pukul 14.00 WIB sudah jalan dari Tamansari ke Malioboro. Saya ingin lihat mantennya,” kata Sriyati, warga Tamansari. Saat rombongan kereta manten tiba di depannya, tepatnya di depan kantor Hipmi DIY, Sriyati sempat ingin melempar kado berisi buku doa keluarga, tapi petugas keamanan menghempaskan kado berbungkus plastik itu ke tubuhnya.

“Ah nggak papa. Saya liat pengantinnya sudah mak ces,” katanya.

PENGAMANAN -- Petugas keamanan harus bekerja keras mengatur warga yang memadati jalur sepanjang rute kirab. Padatnya penonton membuat iring-iringan kirab harus berjalan pelan dan bahkan berhenti. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Antusiasme melihat kirab manten GKR Bendara dan KPH Yudanegara memang tak pandang bulu. Warga tua maupun muda sama-sama memiliki semangat yang tinggi. Seperti Hadipono, 78, yang tak patah semangat ingin melihat wajah pengantin. Rasa lelah karena harus menunggu kirab sejak pukul 06.00 WIB, tak membuatnya putus asa.

Warga asal Prambanan, Sleman ini datang bersama suaminya. Sejak pukul 06.00 WIB, keduanya menunggu di bawah sebuah pohon di Banteng Vredeburg. “Pengen sekali lihat pernikahan anaknya Sultan. Harus berdesak-desakan ya nggak papa,” kata Hadipono.

Antusiasme yang tinggi menyaksikan pernikahan agung juga dirasakan Hadi, 29, warga Tempel, Sleman. Bersama seorang temannya, Hadi rela menunggu berjam-jam di area titik nol.

Menurutnya jarang momentum pernikahan seperti ini digelar. Apalagi kali ini lebih meriah dibanding pernikahan putri Sultan sebelumya. “Dulu nggak semeriah ini. Sekarang kan meriah sekali. Dari siang warga sudah berdatangan. Ini juga karena pemberitaan di media cetak, elektronik yang semuanya tentang pernikahan putri Sultan,” ungkapnya.

Menurut Hadi, yang menunggu sejak pagi di area Benteng Vredeburg tak hanya warga DIY tapi juga luar Jogja seperti dari Lamongan. Selain menggunakan kendaraan pribadi, warga berduyun-duyun datang rombongan menggunakan bus.

Kirab manten juga menyita perhatian warga asing. Bersama sembilan warga negara asing lainnya, seorang mahasiwa Korea Selatan, Ham Eun-A, terlihat antusias mengikuti prosesi arak-arakan sejak pukul 14.00 WIB. “Saya senang sekali dengan even ini. Baru kali ini saya melihat perkawinan agung di Kraton Jogja,” kata mahasiswi yang sedang belajar bahasa Indonesia di Jogja itu.

JIBI/Harian Jogja/pan/bes/aya/ati

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya