SOLOPOS.COM - Puluhan mahasiswa ikuti Mimbar Bebas yang digelar BEM UNS di Bulevard UNS Solo, Senin (28/8/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Mimbar Bebas bertajuk UNS Kampus Represif yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS Solo diwarnai ketegangan.

Pasalnya puluhan mahasiswa Fakultas Keolahragaan (FKOR) UNS Solo yang berbaju putih tiba-tiba hadir di tengah massa di Boulevard UNS Solo, Senin (28/8/2013).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pantauan Solopos.com, sekitar pukul 16.30 WIB puluhan mahasiswa FKOR UNS itu jalan dari GOR UNS menuju Boulevard dan langsung melingkari puluhan massa mahasiswa UNS yang memakai baju hitam itu.

Baik dari pihak massa aksi Mimbar Bebas dan massa FKOR UNS Solo menyampaikan orasi yang berseberangan. Termasuk narasi soal pembatalan rekor Muri dan dugaan penganiayaan di FMIPA UNS.

Perwakilan Mahasiswa FKOR UNS Solo, Rohadi Setyo Wibowo, menyebut tidak bermaksud mengadakan aksi tandingan.

“Bukan aksi tandingan, kita itu mendukung misal aksi UKT mahal, kekerasan seksual, tapi [tidak untuk] hal yang membuat kegaduhan,” kata dia ketika ditemui wartawan, Senin.

Dia mengatakan tidak secara sengaja mendatangi aksi dan turut berorasi. Rohadi menyebut secara kebetulan terdapat acara menyambut survei dari FIFA ke stadion UNS.

“Selain itu karena kebanyakan dari kita itu mahasiswa baru, belum mengenal kampus pusat, maka ayo kita jalan sehat sore hari sekalian mengenal kampus,” lanjut dia.

Ketika ditanya wartawan terkait aspirasi apa yang dibawa, Rohadi menyuarakan terkait kasus dugaan penganiayaan yang di lingkungan FMIPA UNS Solo.

“Kasus pemukulan tersebut sudah melalui proses hukum, sudah selesai, tapi mereka [menarasikan] bahwa kampus represif, itu tidak ada,” kata dia.

Dia juga menyampaikan bantahan terkait acara Student Vaganza dan rekor Muri PKKMB di UNS Solo yang disebut dibatalkan.

“Mereka menarasikan [Student Vaganza dan rekor Muri] PKKMB dibatalkan, padahal dari dosen kami tidak ada pembatalan,” lanjut dia.

Presiden BEM UNS Solo, Hilmi Ash Shidiqi, mengatakan orasi yang disampaikan perwakilan massa mahasiswa FKOR UNS merupakan hal yang lumrah dan wajar.

“Itu dinamika ya, saya sangat memaklumi hal itu, karena ini mimbar bebas, dan semua orang bebas mengekspresikan apapun, maka yang disuarakan temen-temen FKOR itu merupakan kebebasan berpendapat juga,” kata dia.

Hilmi menyebut tidak ada tuntutan yang disampaikan lantaran acara hanya bersifat mimbar bebas. Namun, pihaknya konsen pada isu dugaan kekerasan di FMIPA, kebebasan berpendapat di lingkungan kampus, dan kesejahteraan mahasiswa.

“Mahasiswa mengeluhkan terkait pengembalian UKT, terkait sarpras, terkait mahalnya biaya pendidikan, terkait jalur masuk UNS yang terlalu mahal, dan problematika lain” lanjutan dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya