SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, PURWAKARTA — Seorang guru di SMPN 4 Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Yoyos dimintai uang damai Rp50 jutasaat membela seorang siswi difabel yang dirundung oleh rekannya.

Oleh Yoyos, siswa yang merundung rekannya itu sempat dipukul sapu yang membuat keluarganya tidak terima.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

Keluarga siswa itu meminta uang damai Rp50 juta jika tidak ingin kasus pemukulan dilanjutkan secara pidana.

Anggota DPR yang juga mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, turun tangan membela guru yang dimintai uang damai karena membela siswi difabel.

Dedi Mulyadi menyebut kasus itu tidak layak dilanjutkan ke proses pidana.

“Ini berkaitan dengan kasus bully yang dialami siswa difabel,” kata Dedi Mulyadi di Purwakarta, Jumat (13/1/2023).

Menurut dia, seharusnya pihak orangtua siswa yang dipukul sapu tidak perlu marah apalagi melapor ke polisi.

Sebab menurut dia, peristiwa itu masih dalam lingkup pendidikan dan bukan penganiayaan.

Apalagi baik korban maupun pelaku perundungan adalah anak yang kurang perhatian keluarga sehingga perlu perhatian lebih dari pendidik.

Dedi mengaku akan mendampingi guru Yoyos dalam menghadapi persoalan itu.

“Saya akan dampingi sampai tuntas. Saya yakin polisi tidak akan proses lebih lanjut. Karena dalam pandangan saya ini unsur pendidikan,” katanya lagi, seperti dikutip Solopos.com dari Antara.

Dedi meminta agar Yoyos fokus mengajar dan tidak perlu memikirkan kasus apalagi uang Rp50 juta.

Sebab ia akan mendampinginya hingga kasus tersebut selesai.

Berdasarkan informasi, peristiwa bermula saat seorang siswi di SMPN 4 Darangdan dirundung oleh seorang siswa karena sejak lahir mengalami kekurangan secara fisik.

Akibat tak kuat selalu dirundung siswi difabel tersebut menangis histeris di dalam kelas.

Tak lama kemudian, siswi itu pun dievakuasi ke ruang guru.

Guru kesiswaan sekaligus pembina OSIS, Yoyos lantas mencari siswa pelaku perundungan.

Mulanya siswa itu mengelak dan hendak kabur. Secara refleks Yoyos pun memukul siswa tersebut menggunakan gagang sapu.

Akhirnya siswa itu mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada siswi difabel yang menangis karena dirundung.

“Ternyata bully itu terus-menerus dan mungkin puncaknya sampai R (siswi disabilitas korban bully) menangis menjerit katanya tidak kuat sampai mau bunuh diri,” kata Yoyos saat bertemu dengan Dedi Mulyadi di SMPN 4 Darangdan.

Ia mengatakan, sehari berselang setelah kejadian dirinya didatangi orangtua siswa yang sebelumnya dipukul oleh gagang sapu. Orangtua itu mengaku tidak terima anaknya dipukul.

Setelah ditelusuri ternyata selama ini siswa tersebut tinggal bersama neneknya. Sementara ibunya bekerja di Arab Saudi dan bapaknya telah bercerai kemudian telah menikah kembali.

“Ternyata yang punya inisiatif lapor ke polisi itu adik ipar bapaknya. Saya sudah di-BAP satu kali, mediasi sudah dua kali,” ujarnya lagi.

Pada mediasi terakhir, kata Yoyos, pihak keluarga siswa diwakili oleh seseorang yang mengaku wartawan.



“Saya tidak tahu wartawan dari mana. Beliau menginginkan uang yang menurut kami tidak masuk akal, minta Rp50 juta. Saya tidak sanggup hanya ada Rp1,5 juta dia tolak katanya terlalu jauh,” ujarnya lagi.

Akibat hal tersebut, Yoyos yang masih memiliki bayi mengaku stres, karena dilaporkan ke polisi dan dimintai uang damai Rp50 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya