SOLOPOS.COM - Ilustrasi .(danamonline.com)

Solopos.com, JAKARTA — Transaksi perdagangan obligasi pemerintah diproyeksi masih melesu sampai kuartal pertama 2014, dipicu ketidakpastian kondisi ekonomi domestik dan global yang semakin besar.
Analis Obligasi PT Bank Internasional Indonesia Anup Kumar memperkirakan aktivitas perdagangan surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder masih akan menurun pada tiga bulan pertama tahun ini. Hal itu disebabkan ketidakpastian kondisi ekonomi domestik menjelang masa pemilihan umum (Pemilu).
“Awal 2014 masih akan sedikit berat untuk obligasi. Investor tentu akan wait and see, berjaga-jaga dulu mengamati yang terjadi di awal-awal tahun sebelum bertransaksi,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (1/1/2013).
Masih persoalan domestik, lanjut dia, defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan masih akan membayangi fundamental makro ekonomi Indonesia. Hal itu juga menjadi pertimbangan investor untuk bertransaksi di pasar obligasi.
Terkait ekonomi global, investor juga akan lebih waspada menunggu realisasi keputusan The Federal Reserve memangkas stimulus moneter Amerika Serikat. Anup memproyeksi imbal hasil (yield) obligasi acuan 10 tahun akan cenderung meningkat dari level sekarang 8,4%.
“Semakin baik data indikator ekonomi AS, justru akan menimbulkan ketidakpastian lebih tinggi bagi pasar obligasi negara berkembang,” katanya.
Berdasarkan siaran pers tutup tahun Bursa Efek Indonesia (BEI), aktivitas transaksi surat berharga negara (SBN) yang berdenominasi rupiah sepanjang 2013 tercatat sebesar Rp1.871 triliun atau mengalami penurunan 6,25% dari periode 2012 yang senilai Rp1.995,88 triliun.
Frekuensi transaksi pada 2013 tercatat mencapai 121.292 kali, merosot 10,69% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 135.806 kali. Sedangkan rerata transaksi harian menyusut 5,8% dari Rp8,11 triliun per hari pada 2012 menjadi hanya Rp7,64 triliun per hari pada 2013.
Untuk aktivitas transaksi SBN berdenominasi dolar AS selama periode 2013 mencapai US$22 juta dengan frekuensi transaksi obligasi mencapai empat kali. Adapun rata-rata transaksi harian obligasi pemerintah yang baru terbit pada 2013 itu ialah senilai US$89.900.
Anup menilai penurunan aktivitas perdagangan SBN relatif wajar, bahkan di atas ekspektasi. Pasalnya, sejak pertengahan 2013 kondisi ekonomi global dan domestik mengalami guncangan keras sehingga investor menghindari pasar obligasi.
Investor yang terkejut dengan volatilitas yang tinggi dari awal hingga pertenganan 2013 mayoritas berada dalam posisi menunggu, meski sebagian kecil mengambil risiko keluar dari pasar.
“Walaupun sekunder lesu, dari pasar primernya cukup baik terbukti 98% penerbitan terserap pasar, cukup baik untuk ekonomi indonesia yang seperti kemarin,” tuturnya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya