SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Menteri BUMN Rini Soemarmo (kanan) dalam kereta api bawah tanah (subway) Beijing, Tiongkok, Kamis (26/3/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Rini Utami)

Proyek kereta supercepat Jakarta-Bandung menjadi rebutan antara Tiongkok dan Jepang. Siapa pemenangnya?

Solopos.com, BOGOR — Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memutuskan negara mana yang akan digandeng untuk membangun proyek kereta cepat Jakarta-Bandung pada akhir Agustus 2015. Pilih Jepang atau Tiongkok?

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Setelah menerima dua dokumen feasibility study (FS) proyek kereta supercepat Jakarta-Bandung dari konsorsium Jepang dan Tiongkok, pemerintah akan menunjuk konsultan internasional untuk melakukan kajian. FS dari Tiongkok diserahkan langsung oleh Kepala Komisi Pembangunan Nasional dan Reformasi Tiongkok Xu Shaoshi kepada Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Senin (10/8/2015).

“Kereta cepat pada akhir bulan ini akan kita putuskan setelah melalui tahapan asessment dari konsultan yang akan memberikan masukan kepada pemerintah, baik dari sisi biaya, baik dari sisi teknis, konstruksi, dan teknologi,” ujar Presiden Jokowi di Istana Bogor, Selasa (11/8/2015).

Presiden Jokowi menegaskan konsultan yang dipilih untuk mengkaji proposal kereta cepat Jepang dan Tiongkok tidak boleh memiliki konflik kepentingan dengan kedua negara Asia Timur itu. Selain mempertimbangkan aspek biaya, teknis, konstruksi dan teknologi, pemerintah juga berhitung tentang kerja sama jangka panjang, kandungan lokal, dan pengembangan basis produksi di Tanah Air.

“Semuanya kita hitung. Kalau sudah diputuskan akan diumumkan,” imbuhnya.

Presiden Jokowi masih enggan mengungkapkan nilai investasi kereta cepat baik yang diajukan Jepang maupun Tiongkok. Menurutnya, seluruh kajian telah dirangkum dalam FS dan akan menjadi bahan pertimbangan tim konsultan dan pemerintah. “Nanti diumumkan, karena masuk dalam penilaian,” pungkas Jokowi.

Kereta cepat Jakarta-Bandung direncanakan melintas di atas rel sepanjang 150 km. Adapun kecepatan kereta mencapai lebih dari 300 km/jam. Dengan demikian, jarak tempuh Jakarta-Bandung diproyeksi hanya mencapai 30 menit.

Proyek transportasi strategis ini diperebutkan oleh dua raksasa Asia, yakni Tiongkok dan Jepang. Keduanya telah menyerahkan hasil FS kepada pemerintah Indonesia untuk diputuskan siapa yang bakal menggarap proyek berteknologi tinggi ini.

Mengenai pengembangan basis produksi di dalam negeri seperti disyaratkan Jokowi, Tiongkok telah menyiapkannya. Tiongkok siap membangun pabrik perakitan rolling stock kereta supercepat di Indonesia apabila pemerintah RI memilih untuk bermitra dengan negara itu.

“Kami akan berkoordinasi dengan pihak indonesia untuk membangun pabrik perakitan rolling stocks kereta cepat. Kami akan mengalihkan teknologi ke Indonesia” ujarnya di Kantor Presiden, Selasa (10/8/2015).

Setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo, Shaoshi mengatakan apabila Indonesia bermitra dengan Tiongkok, kedua pihak akan bekerja sama membangun sistem standar teknologi produk dan pengelolaan kereta, khusus bagi Indonesia.

Caranya, lanjut Shaoshi, dengan membentuk suatu tim ahli yang mampu membangun, mengoperasi, dan mengelola kereta cepat ini. Sebelumnya, Indonesia dan Tiongkok juga telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerjasama pelatihan tenaga kerja terampil di bidang otomotif, tenaga listrik, kesehatan, dan lain sebagainya.

Jadi, akankah Tiongkok akan memenangkan megaproyek ini?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya