SOLOPOS.COM - Jajaran Kodam IV/Diponegoro latihan Back to Basic di daerah latihan militer Bantir, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (23/3/2015). (JIBI/Solopos/Antara/ R. Rekotomo)

Program bela negara yang sempat jadi kontroversi diklaim diminati banyak orang, termasuk ribuan orang yang sudah mendaftar.

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengungkapkan ribuan orang telah mendaftar untuk menjadi peserta program bela negara yang ditargetkan merekrut 100 juta orang dalam 10 tahun ke depan.

Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan

Seusai menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi), Ryamizard Ryacudu mengatakan program bela negara sudah lama bergulir. Salah satu contoh implementasi konsep bela negara adalah gerakan Pramuka.

“Pramuka itu bela negara. Makanya tidak ada yang berkelahi,” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (19/10/2015).

Menurutnya, gerakan Pramuka telah menjaring setidaknya 60 juta orang. Untuk itu, pemerintah perlu menambah 40 juta peserta program bela negara untuk mencapai target 100 juta orang dalam 10 tahun mendatang. Menhan optimistis target tersebut dapat tercapai kendati program ini tidak bersifat wajib atau mengikat bagi WNI.

“Saya angkat karena ini penting. Begitu diangkat, yang di Pekanbaru ribuan orang sudah daftar, ke Kemenhan juga datang ribuan orang. Jadi rakyat itu suka, hanya orang-orang tertentu saja yang enggak suka,” ujarnya.

Ryamizard menuturkan program untuk memupuk rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan negara itu dilakukan melalui pelatihan tentang hukum, pendidikan kewarganegaraan dan Pancasila, serta penanganan bencana alam. Pelatihan tersebut akan dilakukan di kelas sesuai dengan kurikulum program Bela Negara yang disusun Kemenhan.

Adapun lokasi pelatihan, lanjutnya, bertempat di Depo Pendidikan (Dodik) Latihan Tempur Resimen Induk Kodam TNI yang tersebar di sejumlah daerah. Salah satunya, di Dodik Latpur Rindam Jaya.

Secara terpisah, Anggota Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana mengatakan konsep bela negara yang dibayangkan presiden adalah membangun karakter anak bangsa untuk menanamkan nilai-nilai patriotik dan optimisme setiap warga negara Indonesia.

“Beliau bayangkan seperti national service di beberapa negara, tapi tidak sama dengan wajib militer. Jangan sampai dipesankan Bela Negara sama dengan Wamil,” tuturnya.

Menurut Ari, cara membangun karakter anak bangsa melalui program Bela Negara harus didiskusikan agar berbeda dengan konsep Wamil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya