SOLOPOS.COM - Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu (JIBI/Solopos/Antara/Feny Selly)

Program bela negara digalakkan pemerintah RI.

Solopos.com, JAKARTA – Pemerintah mengklaim program bela negara yang saat ini telah digalakkan oleh Kementerian Pertahanan bertujuan menangkal segala ancaman pertahanan nyata, seperti terorisme, perompakan, hingga bencana alam.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

“Yang sangat nyata sekarang adalah teroris, perompak, penyakit hingga bencana alam karena Indonesia ini kan ring of fire. Ini harus kita perhatikan,” kata Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu dalam acara ‘Silaturrahmi dengan Pemimpin Redaksi Media Massa’ di Kemhan, Jakarta, Kamis (10/12/2015) malam.

Ia menjelaskan terkait ancaman pertahanan dengan perang terbuka yang langsung berhadapan dengan alutsista antarnegara belum nyata, tetapi bisa saja terjadi di kemudian hari.

“Ancaman perang terbuka itu belum nyata. Sedikit sekali terjadi tapi juga bisa saja terjadi,” jelas dia.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini juga menegaskan tidak kalah penting yang perlu dihadapi ke depan itu terkait perang “cuci otak”.

“Lihat saja masa-masa ada PNS ikut ISIS, coba kalau 3-4 tahun lalu ada bela negara tidak mungkin ada yang ikut ISIS. Kita punya Pancasila sebagai pemersatu, jadi kalau tidak ada ya bubar kita,” kata dia.

Ryamizard mengatakan, saat ini rasa cinta dan bangga masyarakat terhadap bangsanya sangat berkurang. Bahkan nilai-nilai luhur bangsa seperti Pancasila mulai ditinggalkan. Padahal nilai-nilai tersebut sebagai penyangga bangsa ini.

Di sisi lain, dia enyebut mental anak bangsa banyak yang lembek. Pengorbanan terhadap bangsanya sangat rendah. Kondisi seperti itu tidak bisa dibiarkan bertambah parah. Karena itu, program bela negara menjadi keharusan agar bisa mengembalikan mental anak bangsa yang cinta pada bangsanya.

Alutsista Dalam Negeri Dalam kesempatan itu, Menhan mengatakan, sudah waktunya bangsa ini menggunakan alutsista produksi dalam negeri dan tidak lagi bergantung pada alutsista impor atau produk negara lain.

“Alutsista harus produk dalam negeri. Kita harus bisa produk sendiri. Kita sangat bisa,” katanya.

Ia menjelaskan saat sekarang, baru bisa buat panser, alat angkut, kendaraan tempur dan sejumlah peralatan ringan lainnya. Pesawat terbang sudah mulai dicoba pada masa Presiden BJ Habibie, tetapi setelah Habibie turun, proyek itu terhenti.

“Ke depan kita harus bisa. Masa belum bisa-bisa,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya