Solopos.com, SOLO — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang kini resmi menjadi Calon Presiden (Capres) dari PDIP rupanya memulai karir sebagai petugas yang membidangi pembentukan awal Badiklat Pusat PDIP.
Hal itu disampaikannya sesaat setelah Ketua Umum PDIP mengumumkan namanya sebagai capres di Istana Batu Tulis Bogor, Jumat (21/4/2023).
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
“Awalnya, sebelum masuk dalam jabatan publik, kami pernah ditugaskan oleh partai untuk membentuk membidangi lahirnya Badiklat pusat,” kata dia.
Setelah itu, partai memberikan penugasan kepada Ganjar Pranowo untuk ikut serta dalam melahirkan badan penanggulangan bencana dan departemen otonomi daerah.
Setelah itu penugasan PDIP berikutnya adalah menjadi anggota DPR RI dua periode. “Dan sampai dengan hari ini, masih dengan jabatan yang saya emban, Ibu Ketua Umum PDI perjuangan memberikan penugasan kepada saya sebagai Gubernur Jawa Tengah dua periode,” ungkap Ganjar.
Ganjar Pranowo dilahirkan dari keluarga yang sederhana pada tanggal 28 Oktober 1968 lalu di desa lereng Gunung Lawu, Karanganyar.
Sosoknya merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Pamudji dan Sri Suparni. Masa kecil Ganjar tergolong sulit.
“Bapak polisi rendahan, ibu saya ibu rumah tangga. Setiap bulan bapak saya gajian dikasih ibu, langsung diantar ke warung Mbak Yarni. Warungnya masih ada. Mbak Yarni punya buku tebal, sampulnya batik, isinya utang ibu saya,” katanya dalam episode Cerita Anak Kampung, Jumat (21/4/2023), melansir Bisnis.com.
Dia bercerita, alasan mengapa dirinya butuh waktu delapan tahun dalam menyelesaikan kuliah, lantaran Ganjar mengalami kendala keuangan saat kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
“Saya langganan minta dispensasi telat bayar SPP ke rektor UGM, ibu saya nangis tahu cerita ini,” kenang Ganjar,” katanya.
Untuk mengatasi hal tersebut, tanpa sepengetahuan sang Ibu, dia pun rela mengajar di beberapa SMA di Yogyakarta demi mendapatkan gaji sebesar Rp35.000 per bulan. Namun, kesulitannya tidak langsung sirna, lantaran dia harus menabung selama tiga bulan agar biaya SPP bisa terlunasi.
“SPP-nya saya dulu itu Rp90.000. Jadi dapet duit enggak langsung dibayarkan, tabung dulu,” ujarnya. Kabar baiknya, di akhir masa studi kala dia menjalankan semester akhir, saat saudara kandungnya mulai memiliki penghasilan, dia pun dibantu oleh beberap kakaknya.
“Jadi, kami bersaudara itu saling me-rescue hingga saya berhasil lulus meski lama,” ujar sang lulusan hukum UGM 1995 ini.
Sejak 1996, dirinya telah bergabung menjadi simpatisan PDI. Menariknya, sebelum benar-benar terjun ke dunia politik, karir Ganjar Pranowo diawali dengan menjadi Konsultan HRD di PT Prakarsa 1995 hingga 1999.
Sampai akhirnya, dia mulai menjadi anggota DPR-RI tahun 2004.Ganjar pun ditugaskan Komisi IV untuk mengawasi bidang Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan dan Pangan pada 2004.
Dari sana, kariernya mulai menanjak ketika dirinya menjadi anggota DPR RI dua kali periode, di mana dia menjadi wakil Ketua Komisi II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dlm Negeri, Otonomi Daerah, Aparatur Negara, Reformasi Birokrasi, Pemilu, Pertanahan Dan Reformasi Agraria) 2009-2013.
Ganjar juga pernah menjabat sebagai anggota Pansus Angket Bank Century di DPR RI 2009-2010.
Tak hanya itu, dirinya pun sempat didapuk sebagai anggota Timwas Century di DPR RI 2010-2013, Ketua Pansus RUU tentang Partai Politik di DPR RI 2007-2009, Ketua Pansus tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD di DPR RI 2007-2009, maupun Anggota Badan Legislasi DPR RI 2004-2010.
Kemudian pada 2013, Ganjar dicalonkan menjadi Gubernur Jawa Tengah yang lantas terpilih hingga dua periode.
Sebagian artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Profil Ganjar Pranowo: Masa Kecil, Pendidikan, hingga Karier Politik”