SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

SOLO—Seruan untuk mogok produksi tidak terjadi di Solo. Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Solo mengaku tidak mendapat informasi mengenai hal itu.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Primkopti Solo bahkan telah lama tak berfungsi sebagai mana seharusnya sebagai pendistribusi kedelai bagi perajin. Sejak lebih dari lima tahun silam, lembaga ini hanya berfungsi ssebagai koperasi simpan pinjam. Pengurus Primkopti Solo, Dianto, mengatakan Primkopti Solo tidak menerima ajakan mogok. Dia pun tidak menganjurkan perajin mogok karena menilai cara itu tidak menyelesaikan masalah. “Justru merugikan diri sendiri dan masyarakat,” ungkap Dianto, saat ditemui Solopos.com, di kantor Primkopti Solo, Rabu (25/7/2012).

Dianto mengaku sejak lebih dari lima tahun silam pihaknya memutuskan tidak lagi membeli kedelai dan menjual/mendistribusikan kepada perajin tahu dan tempe. Pasalnya, semenjak pemerintah mengubah kebijakan menyerahkan impor kedelai kepada pihak swasta harga kedelai bergerak liar. Gara-gara kebijakan itu harga kedelai yang semula bertahan di angka kurang dari Rp4.000/kg jadi naik tajam.

Terkait hal itu, dia meminta pemerintah mempertimbahkan untuk mengembalikan pengelolaan impor kedelai ke tangan pemerintah (Bulog). Pola distribusi dengan Primkopti sebagai sentral juga perlu dikembalikan lagi karena lembaga ini yang tahu persis keberadaan perajin di wilayah setempat. Dengan demikian, harga kedelai di pasaran dapat dikendalikan dan tidak perlu ada keluhan dari perajin. Di Solo, dia menambahkan anggota Primkopti mencapai lebih dari 100 perajin tahu dan tempe.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya