SOLOPOS.COM - Sharon Harjo Utomo (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos)

Prestasi siswa ini terkait penelitian Sharon Harjo Utomo yang mendapat penghargaan dari KJSA 2015.

Solopos.com, SOLO –  Meski baru berusia 11 tahun, Sharon Harjo Utomo, mampu berkarya sebagai seorang peneliti yang menuangkan idenya untuk menghasilkan produk inovatif. Siswa Kelas V SD Kanisius Keprabon 02 ini  berhasil menjadi satu dari 9 Peneliti Terbaik Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) 2015.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

“Meneliti itu seru!” kata Sharon saat diwawancarai di ruang kerja Kepala SD Kanisius Keprabon 02 Solo, Selasa (15/9/2015). Didampingi ibunya tercinta, Erlina Pang, Sharon menuturkan ide awal penelitiannya yang diberi judul Peringatan Dini Gas Habis, bermula saat ia bermain ke rumah temannya.

“Waktu itu mama teman saya mau goreng nugget, tapi ternyata gasnya [elpiji] habis. Sementara gas cadangannya habis juga. Terpaksa memasaknya jadi berhenti atau tertunda karena mama teman saya harus beli gas dulu dan baru melanjutkan memasak. Kalau seperti itu kan butuh waktu. Nah kalau kejadian seperti itu terjadi saat mau berangkat sekolah, tentunya teman saya bisa terlambat ke sekolah karena harus menunggu mamanya membeli gas dan memasaknya selesai,” urai Sharon.

Dari ide itulah, Sharon membuat alat pendeteksi atau peringatan dini untuk mengetahui persediaan gas elpiji dalam tabung yang biasa digunakan oleh orang-orang untuk memasak.

Alat ini bisa menjadi alternatif pengganti meteran yang biasanya terdapat pada regulator gas elpiji. Persiapan untuk mengikuti lomba tersebut memakan waktu setidaknya satu bulan.

Bukan benda-benda canggih dan mahal yang Sharon manfaatkan untuk membuat alat tersebut, melainkan benda-benda sederhana, di antaranya kayu, besi siku, kabel led, batere, dan per tekan.

“Saya pakai barang bekas karena murah dan tentunya bisa dipakai oleh siapa saja,” kata putri kedua pasangan suami istri, Antonius Harjo Utomo dan Erlina Pang ini.

Sebagai tanda peringatan dini gas habis, Sharon menggunakan alarm dan lampu.

“Bisa menggunakan alarm. Tapi kalau kuatir suaranya bikin berisik, ya bisa menggunakan lampu saja, apalagi kalau alat ini dipasang di tempat yang gelap. Tapi bisa juga dipasang dua-duanya,” imbuh dia.

Dalam menciptakan karyanya, Sharon mendapat bimbingan dari orang tua dan juga seorang pembimbing dari Young Edu Sains Solo, klub penelitian di Solo.

Setelah beberapa kali trial and error, alat peringatan dini gas habis hasil karya Sharon pun dilombakan dan dipersaingkan dengan 811 karya penelitian lainnya.

Tentu saja, langkah Sharon tidaklah mudah. Dia harus bersaing ketat dengan peneliti-peneliti cilik lainnya. Bahkan orisinalitas ide penelitian juga menjadi persyaratan bagi peserta. “Kalau ada peserta yang ketahuan meniru penelitian lain, langsung dicoret,” tuturnya.

Berdasarkan hasil seleksi, para juri memilih 18 finalis, termasuk di antaranya hasil penelitian Sharon yang harus dipresentasikannya di hadapan para juri KJWA di Jakarta.

“Saya melihat karya peserta lain bagus-bagus juga. Mereka juga pintar-pintar,” ungkap Sharon yang hobi main piano dan biola ini.

Namun Sharon mengaku tidak minder dengan banyaknya pesaing yang menurutnya juga memiliki karya yang bagus-bagus tersebut. “Ya saya PD [percaya diri] saja,” tandasnya.
Di awal presentasi Sharon mengaku sempat grogi. Namun setelah tampil menjelaskan penelitiannya, Sharon mengaku lama-lama semakin PD dan rileks.

Perjuangan Sharon pun tak sia-sia. Gadis kelahiran Jogja, 6 Desember 2004 ini terpilih sebagai salah satu dari 9 Peneliti Terbaik KJWS tersebut.

Sementara menurut Erlina, prestasi yang diraih oleh putri bungsunya tersebut sangat membanggakan dan diharapkan dapat membawa nama harum sekolah dan juga Kota Solo.

“Karena Sharon ini satu-satunya peserta dari Solo yang berhasil meraih peneliti terbaik untuk tingkat nasional,” katanya.

KJSA, dia menambahkan, rutin diadakan setiap tahun oleh perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) sejak 2011.

“Ada juga dukungan dari Kementerian Ristek dan Dikti untuk mendorong pengembangan sains dan terapannya di tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat akademisi dan peneliti lewat program Ristek Kalbe Scientist Award (RKSA). Sehingga penghargaan kepada pemenangnya diserahkan langsung oleh Pak Jokowi (Presiden). Kakak Sharon, Patricia Harjo Utomo, saat diadakan KJSA untuk kali pertama juga ikut kompetisi ini dan juga masuk sebagai 9 peneliti terbaik KJSA 2011,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya