SOLOPOS.COM - Massa Reuni 212 dibubarkan paksa oleh polisi karena bertahan di kawasan MT Thamrin, Jakpus. (Suara.com/Yaumal)

Solopos.com, JAKARTA — Aksi Reuni 212 yang terjadi di banyak tempat di Tanah Air dan dibubarkan polisi mendapat tanggapan Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Prof Rochmat Wahab.

Ia menilai ada diskriminasi terhadap sebagian kelompok masyarakat dalam menyuarakan pendapat.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Rochmat menyayangkan panitia Reuni 212 tak diberi keleluasaan untuk menggelar aksinya.

“Malah mereka dilarang berkumpul dan diancam dipindakakan, ini menarik. Kecuali di antara peserta ada yang bikin kerusuhan baru itu boleh dilakukan. Jadi itu aturan seharunya kondisional. Jika ada pelanggaran atau kerusuhan, maka baru mereka diminta tanggung jawab,” kata Rochmat Wahab dikutip Suara.com, Kamis (2/12/2021).

Prof. Rochmat Wahab lantas mengenang penyelenggaraan aksi 212 beberapa tahun lalu. Ia menyebut tak ingin mengotori sejarah yang baik.

“Jadi kita juga nggak ingin meracuni atau mengotori sejarah yang baik gitu ya, jadi kalau tahun 2016 itu tanpa pernah ada rencana sebagus itu tapi kita juga bisa mewujudkan sekitar 10 jutaan (peserta) itu damai,” lanjutnya.

Prof. Rochmat Wahab menyebut ingin menunjukkan bahwa umat Islam yang bisa tertib menjalankan aksi bukan hanya 10 juta orang saja tapi bisa 20 juta atau lebih.

Ia juga berharap semoga kelak ketika pandemi sudah berakhir, aksi reuni 212 bisa difasilitasi oleh pihak berwenang.

Baca Juga: Pindah ke Gedung Umat Islam Solo, Reuni 212 Soloraya Diisi Pengajian 

“Dan itu bisa jadi catatan bahwa kita ingin tunjukkan kalau umat Islam itu bukan sekadar itu yang bisa baik, bisa lebih dari itu, 20 juta, pada suatu saat kalau memang kondisi sudah normal, mungkin sekarang dibatasi lah, tapi nanti semoga difasilitasi bukan dihambat,” ujarnya.

Massa yang hendak mengikuti acara reuni akbar Persaudaraan Alumni (PA) 212 di Jakarta gagal menggelar acara tahunan tersebut karena dihalau aparat keamanan.

Seharusnya acara itu digelar di sekitaran Patung Arjuna Wiwaha atau patung kuda, Jakarta Pusat, dekat istana negara.

Namun, pantauan Suara.com, dari berbagai kawasan terlihat peserta aksi sudah sepi. Setelah tak diizinkan masuk, massa sempat berkumpul di beberapa titik, khususnya di sekitaran kawasan Tanah Abang. Hingga pukul 13.45 WIB, sudah tidak ada lagi kerumunan dalam jumlah banyak.

Sisa-sisa peserta reuni terlihat berpencar sambil berjalan menuju sejumlah angkutan umum. Salah satunya Abu, yang sengaja datang dari Bogor.

Abu mengaku kecewa dengan tak diizinkannya reuni akbar ini. Pasalnya sudah dua tahun terakhir acara tersebut tak digelar secara offline karena pandemi Covid-19.

“Kita kangen saja sih ya, rindu dengan 212. Zikir bersama. Dulu saya selalu datang tiap tahun,” ujar Abu di stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (2/11/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya