SOLOPOS.COM - Presiden Yoweri Museveni (africanarguments.org)

Solopos.com, KAMPALA — Presiden Uganda Yoweri Museveni menolak menyetujui sebuah rancangan undang-undang (RUU) kontroversial yang memuat aturan untuk memenjarakan kaum homoseksual seumur hidup. Ia mengaku yakin ada cara-cara yang lebih baik untuk menyembuhkan kelainan seksual itu.

Sebagaimana dikutip kantor Berita Antara dari AFP, Jumat (17/1/2014), melalui surat kepada parlemen, Presiden Museveni mengatakan kasus homoseksualitas pada pria di Uganda dapat disebabkan oleh ”aktivitas seksual yang acak” atau kebutuhan mencari nafkah. Sementara untuk kelompok lesbian, kata Presiden, para wanita itu memilih mitra sesama wanita karena “kebutuhan seksual” dan kegagalan untuk menikahi seorang pria.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Oleh karena itu, Presiden mengatakan cara penyembuhan terbaik kasus homoseksualitas di Uganda adalah dengan meningkatkan perekonomian negara untuk kesejahteraan masyarakat, seperti dilaporkan Harian Daily Monitor. “Pertanyaan inti dari perdebatan mengenai homoseksualitas adalah apa yang akan kita lakukan terhadap orang yang dianggap abnormal ini? Apakah kita bunuh mereka? Apakah kita memenjarakan mereka? atau kita berupaya mengerti mereka?,” kata Presiden Museveni dalam suratnya kepada parlemen Uganda.

“Bahkan, dengan adanya undang-undang antihomoseks, mereka hanya akan bersembunyi dan tetap meneruskan praktek homoseksualitas atau lesbianisme dengan maksud bekerja untuk memperoleh uang,” ujarnya. RUU anti-homoseks melaju untuk dibahas di Parlemen Uganda pada bulan lalu setelah perancang RUU tersebut setuju untuk memasukkan klausul hukuman mati bagi pelaku homoseksual.

Walaupun Museveni telah menolak menandatangani RUU antihomoseks itu, ia tampaknya masih tetap mempunyai pemikiran homofobia dalam dirinya. “Anda tidak bisa menyebut suatu kelainan seksual sebagai sebuah orientasi alternatif. Hal ini bisa saja seperti dalam pandangan masyarakat Barat bahwa aktivitas seksual yang acak telah menghasilkan banyak orang abnormal,” katanya.

Ia mengatakan hal itu dengan pandangan bahwa beberapa orang menjadi gay atau homoseks karena “kebutuhan mencari nafkah”, atau dalam kasus lesbian, untuk memenuhi kebutuhan seks karena kurangnya aktivitas seksual dengan pria.

Berdasarkan laporan terkait surat tersebut, Presiden Museveni percaya bahwa peningkatan ekonomi Uganda, termasuk dengan pengembangan industri dan modernisasi pertanian, adalah cara terbaik untuk ‘menyelamatkan’ orang-orang muda dari risiko ‘perilaku menjijikkan’.

Kasus homofobia menyebar luas di Uganda seiring dengan merebaknya gaya kekristenan evangelis Amerika. Kaum gay, baik pria maupun wanita, di negara tersebut seringkali menghadapi pelecehan dan ancaman kekerasan. Bahkan, para aktivis HAM di Uganda juga sudah pernah melaporkan beberapa kasus, di mana para lesbian menjadi sasaran pemerkosaan untuk alasan “penyembuhan”.

Pada 2011, seorang aktivis terkemuka pembela hak kaum gay di Uganda, David Kato, dipukuli hingga tewas di rumahnya setelah sebuah surat kabar menerbitkan foto-foto, nama dan alamat para gay di Uganda di halaman depan surat kabar itu, bersama dengan gambar spanduk kuning bertuliskan, “Gantung Mereka.”

Para aktivis AIDS mengatakan jika RUU anti-homoseks itu disahkan, hal itu akan membatasi akses bagi kaum gay untuk mendapatkan informasi kesehatan masyarakat yang penting, seperti cara melindungi diri dari HIV dan cara mendapatkan perawatan atau pengobatan untuk HIV-AIDS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya