SOLOPOS.COM - Prajurit TNI Angkatan Udara (AU), Serda Septian Wahyu Sarjono,21, saat dimakamkan secara militer di Permakaman Kleron, Delanggu, Klaten, Sabtu (4/6/2016) siang. Bertindak sebagai inspektur upacara pemakaman, yakni Letkol (Pnb) Muhram J.K. (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Prajurit TNI AU meninggal dunia setelah mengikuti apel malam. Rumor Serda Septian dianiaya masih diselidiki.

Solopos.com, BANDUNG — Komandan Lanud Sulaiman Kolonel Pnb Mohammad Syafii mengatakan Serda Septian Wahyu Sarjono, siswa Sekolah Kejuruan Dasar Listrik dan Elektronika (Sejursarlislek) angkatan 42 Skadron Pendidikan (Skadik) 203, tewas setelah mengikuti apel malam pada Kamis (2/6/2016).

Promosi BRI Kembali Gelar Program Pemberdayaan Desa Melalui Program Desa BRILiaN 2024

Septian sempat dirawat semalam di RS Salamun. Dia diduga dianiaya oleh seorang pengasuh inisial Mayor pnb TBP.

“Selaku komandan Lanud Sulaiman, merasa sedih atas kejadian meninggalnya anak saya sekaligus siswa saya atas nama Serda Septian Wahyu Sarjono, siswa Sejursarlislek. Saya juga turut berduka cita sedalam-dalamnya terhadap keluarga almarhum. Saya akan menyampaikan hal yang menjadi kewenangan saya,” ujarnya saat jumpa pers di Lanud Sulaiman, Jl. Terusan Kopo, Kabupaten Bandung, Sabtu (4/6/2016).

Menurutnya, pada Kamis malam, dilakukan apel malam sekitar pukul 22.00 WIB. “Dan diambil oleh pengasuhnya. Dari proses apel malam itu lah, yang bersangkutan mengeluh sakit, tidak sadar, lalu ada tindakan medis. Dibawa ke RS Sulaiman lalu dirujuk ke RS salamun, bertahan satu hari, meninggal Jumat malam pukul 19.30 WIB,” ujar Syafii.

Soal dugaan korban dianiaya, Syafii menyatakan hal itu masih diselidiki. “Andai saya melihat sendiri, mungkin saya bisa katakan iya. Tapi ini sedang kita kembangkan,” jawab.

Ditanya bagaimana hasil pemeriksaan dokter, Syafii tidak menjawabnya dengan jelas. Ia hanya menyatakan terjadi penurunan fungsi organ tubuh korban sehingga meninggal.

“Saya hanya menerima laporan lisan saja dari dokter, kondisinya terus drop. Fungsi otak, paru-paru, ginjal, terus menurun. Begitu saja,” ujarnya.

Sementara itu, pengasuh yang diduga melakukan penganiayaan saat ini sedang diperiksa oleh POM. “Ya ada saksi-saksi siswa dan pengasuh lainnya,” katanya.

“Sesuai instruksi pimpinan pada saya, kasus ini diselidiki. Kalau ditemukan tindakan instruktur yang tidak sesuai prosedur, akan ditindaklanjuti sesuai aturan. Apakah ada tindak pidana atau tidak, nanti hasilnya,” katanya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, pengasuh yang diduga menganiaya Septian bertugas di Akademi Angkatan Udara (AAU). Keberadaannya di Lanud Sulaiman tengah membimbing siswa pendidikan kursus paradasar terjun payung militer. Jadi Mayor Pnb TBP bukan pengasuh langsung korban.

“Terduga [pengasuh] memang bukan di bawah Lanud Sulaiman” ujar Syafii. Baca juga: Keluarga Serda Septian: Tak Ada Luka Lebam.

Sementara itu kepada Solopos.com, keluarga mengaku hanya tahu Septian meninggal karena sakit. Kakak sepupu Serda Septian, yakni Haris Ramdani, mengatakan keluarga sudah ikhlas melepas kepergian almarhum. Selama ini, keluarga hanya mengetahui Serda Septian meninggal dunia karena sakit.

“Kami dari keluarga hanya menerima kabar dari RS kalau Septian meninggal karena sakit. Kami tidak mengetahui sakitnya apa. Setahu kami, tidak ada luka lebam di tubuh Septian. Kalau rumor yang berkembang katanya ada senioritas [dugaan penganiayaan]. Tapi, kami tidak langsung percaya rumor itu. Kami berusaha ikhlas dan tidak curiga-mencurigai. Septian juga tidak pernah memiliki penyakit bahaya selama hidupnya. Kalau memiliki penyakit, tak mungkin diterima di TNI AU,” katanya di Klaten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya