SOLOPOS.COM - Deklarasi KPM DIY di Purawisata, Kamis (20/11/2014). (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Prabowo-Jokowi bertemu dan memantik isu berubahnya arah politik Partai Gerindra yang selama ini berseberangan dengan pemerintah.

Solopos.com, JAKARTA — Fraksi Partai Gerindra di DPR mengaku tidak akan menggunakan hak politik mereka terkait keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) perihal pengajuan Komjen Pol. Budi Gunawan sebagai Kapolri.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Martin Hutabarat, mengatakan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto kini mempunyai hubungan baik dengan Jokowi. “Jadi apapun keputusan Jokowi, melantik atau membatalkan pelantikan Budi Gunawan sebagai Kapolri, Gerindra tetap mendukung pemerintah agar hubungan Prabowo dan Jokowi tetap baik,” katanya di Kompleks Gedung Parlemen, Kamis (29/1/2015).

Partai Gerindra, tegas Martin Hutabarat, tidak akan menggunakan hak interpelasi saat Budi Gunawan dilantik atau dibatalkan. “Saya kira Prabowo tidak bicara hal seperti itu,” katanya.

Pernyataan itu diungkap Martin setelah Prabowo dan Jokowi bertemu di Istana Bogor, Kamis siang, untuk membicarakan situasi politik dan seni beladiri. Meski pernah menjadi rival Jokowi dalam Pilpres 2014, dalam pertemuan itu. Prabowo menyatakan percaya kepada Jokowi untuk mengambil keputusan terbaik sesuai dengan keinginan rakyat perihal pencalonan Budi Gunawan.

Namun, Martin menyangkal pertemuan itu merupakan upaya Jokowi untuk menguatkan dukungan Prabowo setelah muncul isu penarikan dukungan dari PDIP. Penarikan dukungan partai pengusung Jokowi saat pilpres itu dilakukan jika Budi tidak dilantik sebagai kapolri.

“Tidak ada itu, tidak ada penggalangan dukungan dan isu penarikan dukungan PDIP. Kami mendukung pemerintahan kok. Hanya saja, jika kebijakan pemerintah tidak searah dengan kepentingan publik, kita akan kritisi,” katanya.

Sementara itu, Pramono Anung, politikus PDIP sekaligus anggota Komisi I DPR, menjamin tidak ada penarikan dukungan untuk Presiden Jokowi, apalagi menteri dari PDIP di Kabinet Kerja. “Jadi ini terlalu banyak rumor yang kuat bertebaran. Saya mengenal Megawati Soekarnoputri [Ketua Umum PDIP]. Dalam persoalan persoalan yang seperti ini Megawati tidak ikut campur.”

Meski demikian, Pram tidak menampik tudingan preferensi Megawati terkait dengan pencalonan Budi sebagai Kapolri. “Calon kapolri mantan ajudan Megawati saat menjadi Presiden. Lagipula, semua orang yang menjadi ajudan adalah lulusan terbaik di angkatannya. Dengan demikian kalau ada preferensi itu tidak salah. Nah, sekarang proses sepenuhnya sudah menjadi wewenang Joko Widodo sebagai Presiden,” katanya.

Meski demikian, Pramono Anung menolak jika preferensi calon kapolri itu dianggap sebagai tekanan yang berlebihan kepada Presiden. “Enggak mungkin ada tekanan. Yang menjadi Presiden itu Jokowi, jadi yang memilih Jokowi. Jadi Jokowi yang memutuskan. Dalam kondisi seperti ini, ujian bagi kepemimpinan seorang Presiden kalau memang beliau sudah memutuskan maka siapapun tidak ada yang bisa memberikan tekanan.”

Menurutnya, PDIP sebagai partai pengusung, tidak ada yang salah memberikan preferensi sebuah nama jika semua proses sudah dilakukan dengan baik. “Bahkan, DPR pun juga sudah memberikan persetujuan kepada Budi Gunawan melalui uji kelayakan dan kepatutan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya