SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat produk furniture dan kerajinan tangan yang dipamerkan di show room furniture dan craft The Park Mall, Solo baru, Sukoharjo, Jumat (7/7/2017). (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Para pengusaha mebel di Tanah Air diajak mencoba pasar di Afrika yang dinilai potensial.

Solopos.com, SUKOHARJO — Pelaku usaha mebel diajak menjajal pasar Afrika sebagai alternatif tujuan ekspor selain Amerika Serikat dan Eropa Barat. Hal ini karena peluang ke Benua Hitam tersebut besar tapi belum digarap maksimal.

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

Utusan Khusus Presiden Seychelles untuk ASEAN, Nico Barito, mengatakan belum banyak eksportir mebel yang memasukkan produknya kesana karena minimnya akses dan kekhawatiran daya beli masyarakat. Padahal pasar Afrika tidak hanya sebagai tujuan akhir ekspor.

Menurut dia, Afrika bisa menjadi pintu masuk untuk mengirim produk ke Eropa karena bekas koloni negara-negara di Eropa, seperti Prancis, Inggris, Spanyol, Italia, dan Portugal.

“Tidak perlu harus dalam jumlah besar yang penting kualitas bagus dan kenalkan brand dulu. Kalau [produk] bagus tidak menutup kemungkinan bisa dibawa ke negara Eropa,” kata dia kepada wartawan di showroom mebel Komunitas Industri Mebel dan Kerajinan Soloraya (Kimkas) di The Park Mall, Grogol, Sukoharjo, Jumat (7/7/2017).

Direktur Industri Kecil Menengah (IKM) Pangan, Barang dari Kayu, dan Furnitur Kementerian Perindustrian, Sudarto, mengatakan kerja sama dengan utusan dari Seychelles ini sebagai salah satu komitmen untuk memajukan industri mebel Tanah Air. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan ekspor mebel yang ditarget mencapai US$5 miliar pada 2019.

Chairman Kimkas, Byp Mukhsen, menyampaikan setelah terbentuknya lembaga yang berada di bawah Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soloraya ini berbagai pelatihan produksi, manajemen, dan juga pembukaan pasar baru dilakukan secara rutin. Tidak hanya pemilik usaha yang mendapat pelatihan tapi hingga pekerja.

Dia menyambut positif dengan adanya upaya pembukaan pasar Afrika karena pasar tradisional saat ini mulai jenuh dan persaingan semakin ketat. Menurut dia, beberapa pengusaha mebel sudah ada yang menyasar pasar ini. Namun pengiriman belum banyak, jika pengiriman ke Eropa dalam sebulan bisa mencapai 10 kontainer, ke Afrika baru satu container.

“Pasar Afrika bagus dan buyer dari sana tidak terlalu rewel mengenai harga dan desain. Setelah IFEX, buyer baru mulai banyak, terutama dari Afrika dan Asia, seperti India. Banyak orang kaya baru karena tingkat perekonomian negara tersebut semakin baik,” ungkap dia.

Byp menyampaikan pembeli asal Afrika biasanya membeli produk yang sudah ada dan tidak banyak menawar soal harga. Berbeda dengan pembeli asal Eropa Barat dan  Amerika Serikat yang biasanya memiliki model sendiri dan selalu berupaya membandingkan harga mebel di Indonesia dengan Vietnam. Oleh karena itu, kinerja ekspor semester I tahun ini lebih baik jika dibandingkan dengan tahun lalu.

“Banyak yang berminat, tidak hanya konsumen rumah tangga tapi juga instansi sehingga tidak hanya sekadar membeli barang yang didisplai tapi juga pesan dalam jumlah besar. Kami sempat kewalahan memenuhi permintaan tersebut karena diluar ekspektasi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya