SOLOPOS.COM - Dekan FKOR UNS Solo, Sapta Kunta Purnama ketika ditemui wartawan di ruang sidang 2 gedung rektorat kampus setempat, Senin (18/9/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Porsi latihan dan kegiatan belajar mengajar (KBM) SMP Sekolah Khusus Olahraga (SKO) dianggap terlalu berat siswa. 

Hal itu lantaran para atlet di SMP SKO harus menjalani latihan setiap pagi, lalu dilanjutkan belajar KBM di kelas, dan sore siswa kembali melanjutkan sekolah.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

“[Porsi latihan dan pembelajaran SMP SKO] masih tetap sama, masih 50:50, sebetulnya agak berat,” kata Dekan Fakultas Keolahragaan (FKOR) UNS Solo, Sapta Kunta Purnama ketika ditemui di Gedung Rektorat kampus setempat, Senin (19/9/2023).

Dia mengatakan secara umum pusat pelatihan atlet di Indonesia masih cenderung memberatkan. Termasuk tuntutan untuk juara di bidang olahraga sekaligus harus bagus di bidang akademik.

“Saya melihat saat ini kan untuk sentra-sentra [pelatihan] ibaratnya masih eksploitasi anak, karena dituntut juara di olahraga dan akademiknya juga,” kata dia.

Dia menyebut perlu ada penyelarasan kurikulum agar KBM dan porsi latihan bisa berjalan efektif dan tidak terlalu membebani siswa. 

“Sebetulnya kita bisa mencontoh Jepang atau Singapura, untuk menyinkronkan [lewat kurikulum], jadi secara akademik mereka meningkat dan prestasi olahraga juga bisa berkemabang,” kata dia.

Sapta mengatakan pihak FKOR memberikan kajian tentang sinkronisasi kurikulum di bidang akademik dan olahraga. “Kerja sama kami dengan SKO itu sebetulnya mengkaji secara teknis kurikulumnya seperti apa, kemudian pelatihan, dan pembelajaran seperti apa,” kata dia.

Dia mengatakan FKOR UNS Solo sudah membantu menyusun teknis kurikulum sejak Kelas Khusus Olahraga (KKO) dirintis di SMPN 1 Solo.

Sapta menyebut masih ada catatan terkait pembinaan atlet usia sekolah di Solo yakni integrasi antar jenjang pendidikan. 

“Hanya saja ada kendala karena belum ada integrasi antar jenjang SD, SMP, dan SMA yang berkelanjutan,” kata dia.

Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Kota Solo, Abi Satoto menyebut SMP SKO menggunakan kurikulum Merdeka. “Olahraganya itu pagi dan sore, nah di tengahnya itu ada pembelajaran. Kecuali ketika anak-anak melakukan pertandingan, nanti ada pendamping dari guru mata pelajaran,” kata dia.

Dia mengatakan secara prinsip tidak ada pengurangan jam belajar di kelas. Namun, tetap ada penyesuaian jika ada event olahraga tertentu. “Secara prinsip tidak ada pengurangan, tapi ada fleksibilitas di dalam pelaksanaanya,” kata dia.

Dia mengatakan tetap ada antisipasi kelelahan lantaran porsi latihan dan kegiatan belajar di kelas yang padat. Salah satunya menggunakan data analisis yang mengukur waktu per sesi latihan.

“Dan kan anak-anak ada makan pagi dan ada makan ringan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya