SOLOPOS.COM - Warga Muhammadiyah di Wonogiri melaksanakan Salat Idulfitri 1444 H di Lapangan Pringgondani, Kelurahan Wonokarto, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Jumat (21/4/2023). Salat Idulfitri di lapangan tersebut diikuti sekitar 2.000 orang. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, JAKARTA–Kasus peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang berkomentar di sosial media dengan mengancam warga Muhammadiyah terkait perbedaan penetapan Idulfitri 1444 Hijriah ditangani Polri.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Ahmad Ramadhan saat dimintai konfirmasi di Jakarta, Selasa (25/4/2023), mengatakan Polri sedang melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut. “Polri merespons adanya ancaman segala macam dengan melakukan penyelidikan,” kata dia.

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

Sebelumnya pada Senin (24/4/2023), Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Pol. Adi Vivid A. Bactiar mengatakan sedang melakukan analisis karakteristik psikologis atau profiling terkait pernyataan ancaman tersebut. “Sedang kami profiling tentang pernyataan tersebut,” kata Vivid.

Secara terpisah, pengurus Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah mendatangi Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa untuk membuat laporan polisi terkait komentar ancaman dari peneliti BRIN tersebut. Tiga orang perwakilan pengurus PP Pemuda Muhammadiyah itu didampingi pengacara tiba di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, pukul 09.19 WIB.

Mereka kemudian menuju ruang Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Bareskrim Polri dan belum mau memberikan komentar sebelum membuat laporan. Hingga berita ini diturunkan, perwakilan pengurus PP Pemuda Muhammadiyah masih berada di ruang SPKT Bareskrim Polri.

Komentar ancaman itu diunggah oleh  Hasanuddin, seorang peneliti astronomi BRIN pada tautan yang diunggah peneliti BRIN Thomas Jamaluddin soal perbedaan metode penetapan hari Lebaran 2023.

Awalnya, Thomas berkomentar bahwa Muhamamdiyah sudah tidak taat pada keputusan Pemerintah karena menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1444 H berbeda dengan penetapan Pemerintah. Komentar Thomas itu dibalas oleh akun AP Hasanuddin dengan nada sinis dan mengancam.

Beberapa komentar yang diunggah oleh AP Hasanuddin terkait perbedaan itu pun ramai di media sosial. “Saya tak segan-segan membungkam kalian Muhammadiyah yang masih egosentris. Udah disentil sama Pak Thomas, Pak Marufin, dkk, kok masih gak mempan,” tulis akun AP Hasanuddin.

Kemudian, AP Hasanuddin juga menulis komentar balasan atas unggahan akun Ahmad Fuazan S. “Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan!!! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian!!!” tulis AP Hasanuddin dengan huruf besar semua.

Sementara itu, seusai viral dengan ancaman bunuh warga Muhammadiyah, beredar surat pernyataan maaf dari Andi Pangerang Hasanuddin (APH), peneliti BRIN. Berdasarkan surat pernyataan yang beredar di media sosial Twitter, Senin (24/4/2023), tertulis nama APH yang merupakan ASN di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan alamat yang dikaburkan.

Surat tersebut tertulis bahwa APH memohon maaf kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah atas komentarnya yang viral di media sosial Facebook pada Minggu (23/4/2023). APH mengeklaim komentar tersebut ditulis atas dasar emosi dan ketidakbijaksanaan usai melihat akun Thomas Djamaluddin diserang oleh sejumlah pihak.

“Saya meminta maaf sebesar-besarnya kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah yang merasa tersinggung dengan komentas saya tersebut,” tulis APH di atas meterai Rp10.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya